 |
| sumber gambar: google |
Begitu pun demikian jika anak yang diampu terlihat tidak semangat atau bosan dalam belajar. Sedihnya juga luar biasa :). Saat mengajar anak sendiri tentu berbeda dengan mengajar anak yang diampu :D
Anak sendiri mungkin ketika kurang disiplin atau terlihat tidak serius kita sebagai ortu bisa langsung tegas atau sedikit marah. Tapi kalau anak yang diampu tidak mungkin dimarahi hehehe. Hanya bisa sabar menghadapinya.
Setiap anak itu punya kelebihannya masing-masing. Tidak ada anak yang tidak bisa, tinggal bagaimana cara kita mengajarnya, dan juga sabar dalam mengajar. Setiap anak itu bisa, hanya saja perlu didampingi dengan cara yang tepat untuknya.
Kenapa tepat? Ya karena setiap anak berbeda dan berbeda pula cara anak menangkap pelajaran. Poin temanya harus tersampaikan kepada anak. Dan tidak semua anak juga mudah dalam memahami, itu tentu karena beberapa faktor.
Tapi tidak ada kata terlambat untuk menjadikan anak cerdas. Butuh stimulasi, dan juga diskusi dengan anak. Ajak anak berdiskusi hal apapun untuk meningkatkan daya pikirnya. Bangun komunikasi dua arah dengan anak sehingga membentuk kebiasaan berpikir terbuka bagi anak. Biarkan anak berfikir.
Saat saya hamil anak pertama, saya dan suami sudah mengajak anak dalam kandungan untuk ngobrol, berbicara. Hingga hari ini apapun selalu dibicarakan dengan anak, menanyakan pendapatnya ataupun diskusi kecil hal apa saja. Mengajak anak berfikir sesuatu.
Tapi tentu usia anak tidak bisa dipaksa harus bisa jika usianya belum cukup. Stimulasi harus tetap diberikan, sehingga anak sedikit demi sedikit akan ingat akan hal-hal baru ataupun ilmu baru. Misal anak usia tiga tahun jangan dipaksa harus bisa berhitung. Jangan dulu, mengenalkan angka dan benda saja itu sudah bagus.
Bangun habit anak senang mengetahui hal baru sejak dini, itu akan sangat membantu anak di kemudian hari untuk belajar. Tentu dengan cara dan gayanya masing-masing. Tinggal bagaimana kita mengarahkan.
