Malu
14.5.15
0
Dari abu mas'ud uqbah bin amr al-anshari al badri RA, ia berkata "Rasulullah SAW, bersabda : "sesungguhnya salah satu hal perkara yang telah di ketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah "jika engkau tidak malu berbuatlah sesukamu"
Kata kunci yang di berikan kepada setiap para nabi, hal pertama yang di berikan untuk setiap nabi. "Jika kau tidak malu, maka lakukanlah sesuka hatimu" itulah hal yang selalu terngiang-ngiang di ingatan ketika suatu kesalahan menghampiri diri. Malu, malu kepada Rabb nya ketika akan melakukan maksiat, sekecil apapun maksiat tersebut, termasuk maksiat hati, yang siap menggerogoti semuanya.
Rasa malu kepada Rabb akan menghentikannya dalam maksiat sekecil apapun maksiat itu, termasuk maksiat kecil dari hati. Rasa malu menghambat seorang insan melakukan maksiat-maksiat tersebut. Ketika semua rasa malu sudah lepas maka semua akan hancur.
Malu sebagian dari iman, ya malu. Rasa malu yang mampu membentengi diri manusia untuk menghentikannya dari setiap kesalahan yang selalu datang bertubi-tubi menggoda untuk menyesatkan. "Jika kau tidak malu berbuatlah sesuka" sebuah kalimat sederhana yang sangat menghantam sanubari hati yang paling dalam.
Apakah rasa malu berbanding lurus dengan diam? Bisa saja, namun diam yang seperti apa. Kita sering mendengar seorang yang pemalu pasti pendiam. Mungkin ada benarnya, namun pendiam yang tidak pada tempatnya juga tidak di benarkan adanya. namun pendiam tidak selamanya menjadi emas. Dan tidak benar juga bahwa orang yang komunikatif itu tidak punya rasa malu. Hanya saja mereka mencoba menempatkan porsi yang sesuai terkait rasa malu dan diam.
"Jika kau tidak malu berbuatlah sesukamu" mengandung makna agar rasa malu menjadi benteng pertama dan terakhir untuk tidak melakukan kesalahan yang fatal baik di mata sang pencipta maupun manusia.
Ketika seseorang tidak lagi menjaga rasa malunya maka ia akan semena-mena dalam maksiat. Dia tidak peduli pada penilaian orang lain yang penting baginya dia happy, ex: tidak menutup aurat, tidak menjaga nada suara dengan yang bukan mahram (mendayu-dayu), menggoda seseorang dengan kecantikannya dll. Banyak contoh dapat kita lihat di lapangan.
Mengingat tentang malu, kita akan ingat dengan seorang sahabat usman bin affan, seorang khalifah yang sangat pemalu, ia terkenal dengan tingginya rasa malu yang dimilikinya. Suatu ketika ia sedang mandi, didalam kamar mandi yang tertutup tirai, saking malunya beliau, ia pun duduk sambil jongkok mengapit tubuh agar tidak ada yang bisa melihat auratnya. Begitulah usman.
Suatu ketika perempuan anshar yang banyak bertanya tentang permasalahan wanita kepada rasulullah, ketika itu aisyah mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rasa malu, namun rasulullah membenarkan sikap perempuan anshar yang bertanya mengenai hal sensitif wanita kepadanya. Rasulullah menganggap itu bukan pertanyaan yang perlu di simpan. Malu yang mencegah seseorang dari menuntut ilmu dan mencari kebenaran adalah malu yang tercela. Rasa Malu menjadi benteng pertama dan terakhir dari seorang yang beriman, karena malu adalah sebagian dari iman.
Malu membuat setiap insan tertunduk dalam-dalam memikirkan bagaimana standart malu yang harus diterapkan.
~Refleksi hadits "jika engkau tidak malu berbuatlah sesukamu"
Duri, 08:30// 03'04'15
-helmi yani (Atikah ZN)
Tags