Cukup Satu Kali

Admin
0
Seorang kawan, dalam doa dan salamnya di berlalunya seperempat abad usiaku kembali mengenangkan sebuah kaidah "bencilah kesalahannya tapi jangan kau benci orangnya" - Salim A fillah "Bug" bunyi perut Iwan yang di pukul keras seorang teman. Teman seperjuangannya dalam suka dan duka. Iwan tidak tau apa kesalahannya, sehingga pagi ini ia dapat sarapan dari Doni. "Bejat lue" kata-kata kasar keluar dari lisan Doni. Iwan hanya merintih kesakitan, perutnya sakit dan wajahnya memar dan ia pun di tinggal pergi oleh Doni begitu saja di belakang sekolah. Apa salahku padamu? Iwan hanya mampu bertanya tak bersuara menahan sakit di tubuh yang babak belur. "Kenapa kamu nak?" Buk Santi sudah di ruangan UKS sekolah, ia di telfon salah seorang murid untuk datang melihat Iwan yang memar dan tak sadarkan diri. Ia hanya bisa melihat anaknya yang terkulai lemas tak berdaya di ruangan sempit itu. "Kami dapati Iwan di belakang sekolah sudah begini buk, saya juga tidak tahu siapa pelakunya" andi menjelaskan, "Semoga iwan bisa istirahat bu di rumah" Andi teman sekelas Iwan, dia yang menemukan Iwan terkulai tak berdaya. "Ia nak, terimakasih sudah menelfon ibu" ucap buk Santi. Buk Cintya walikelas Iwan memasuki ruangan UKS. "Selamat pagi bu, maaf bu pagi-pagi sudah memanggil ibu kesini, seperti Iwan kelahi dengan temannya bu, tapi saya juga sudah mencari siapa pelaku dan belum menemukannya, tidak biasanya murid-murid kami begini" buk Cintya menjelaskan. "Ia bu saya mengerti, mungkin ada sebab sehingga membuat Iwan begini" buk Sinta pamit meminta diri membawa Iwan pulang saja, ia di bantu Doni. Malam hari Iwan sadarkan diri, ia masih tidak mengerti apa hal dan kesalahannya pada doni sehingga jadi begini. Bunyi pintu kamar di buka, mamanya membawakan makanan. "Makanlah nak, kau belum makan dari tadi pagi" sesuap nasi ia suapkan ke anak tunggalnya. Iwan makan tanpa bicara apa-apa. "Apa kamu punya musuh nak?" Iwan hanya mendengarkan pertanyaan ibunya. Ia belum bisa banyak bicara hanya bisa menggelengkan kepala, "istirahatlah kau akan segar besok" Iwan hanya menganggukan kepala. Andai ibu tau siapa yang berbuat, pasti ibu akan terkejut melebihi aku, dia hanya menjawab dalam hati. Tiga hari Iwan hanya dirumah saja, di kamarnya dan tidak kemana-mana. Tidak ada kawan yang datang menjenguknya termasuk Doni. Doni kamu memang aneh, tidak ada penjelasan, tidak menanyakan kabar dan tidak membesuk. Andi masih tak habis pikir tentang sahabatnya. Doni mengirim pesan untuk Iwan, "Lue sehat?" Cuma itu kiriman pesannya. Tidak ada balasan. Iwan hanya diam saja membaca pesan dari kawannya. Baru ingat lue tanya kabar gue, Gerutunya. Kamu harus bayar semua ini Don. Di kantin mereka sudah janji akan bertemu, entah apa yang akan terjadi lagi. Doni datang dengan wajah tanpa bersalah. Sudah satu jam lebih ia di tunggu. Mereka diam saja tanpa bicara. Selesai makan merekapun pergi, Iwan tidak bertanya dan doni tidak menjelaskan. Nanti malam lue ke rumah gue ya, ada film dan games terbaru, cuma itu yang keluar dari bibir Iwan dan merekapun masuk kelas, belajar seperti biasanya. Doni hanya tersenyum sendiri mendengarkan kalimat dari sahabatnya. Lue memang begitu dari dulu Wan, bukannya marah malah ngajak gue makan, nonton dan main games bareng. Sudahlah aku tidak ingin kehilangan sahabat seperti lue hanya karena seorang cewek Follow: @helmiyani89 Pekanbaru, 09:00// 22'06'15
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)