Panas Membakar
20.6.15
0
"Burm burm burm burm" bunyi motor yang sedang dipanaskan. Setiap pagi Rayhan harus memanaskan motornya, kalau tidak, alamat mogok motor itu di tengah jalan, maklum motor tua yang sudah butut. motor peninggalan ayahnya. Biasa ia pakai untuk ke kampus. Masih terlihat bagus meskipun butut karena ia sangat pandai merawat peninggalan ayahnya.
"Kasihan lue black, sudah dua minggu tidak aku mandiin, padahal kamu sangat baik nemani aku kemana aja" Ray bicara dengan motornya, seakan-akan motor tua itu dapat mendengarkan si empunya. "Nanti sore aku mandiin kamu ya black". si black hanya diam sambil tetap menggerutu "burm burm burm burm burm"
Ray harus ke sekolah siang ini, menjemput kakaknya. Panas matahari sangat menentang siang ini, membakar ubun-ubun dan memusingkan kepalanya. Padahal ia sudah menggunakan helm. Ya Rabb, panas siang ini tak sepanas api nerakaMu dan bagaimana nanti di padang mahsyar??? Apakah matahari akan sejengkal dari kepalaku??? Aku tidak sanggup ya Rabb, berikan kesejukan di hari itu untukku, Ray membatin, air matanya menetes membayangkan itu semua.
"Mas, minta uang mas, kasihan mas, belum makan dari kemaren mas" bocah kecil dengan ramput acak-acak menghampiri Ray, mengetuk pintu hati Ray, Ray hanya melihat dan terdiam saja. Kasihan anak ini, aku tidak bawa uang nak, mana orang tua mereka??? Zaman sekarang sulit melihat mana yang fakir dan mana yang akting, Ray bercakap sendiri. Sudah banyak ia dapati peminta-minta yang punya markaz sendiri bahkan menjadikan profesi ini bisnis. Tak kalah hebat, Ray juga pernah melihat salah satu di antara mereka punya rumah mewah. "Maaf dik, saya tidak bawa uang ni" lampu merah sudah tinggal beberapa detik lagi, bocah itu pergi tak meninggalkan sepatah katapun. Bunyi klakson membuyarkannya, dia gas motor pasang gigi dua.
Sepanjang jalan Ray terfikirkan peminta tadi. aku tidak bawa uang, andai aku bawa uang akan ku kasih sedikit yang ku punya. Terlepas apakah anak itu memang fakir atau termasuk dalam komplotan yang menjadikan ini bisnis baru. Aku tidak peduli, bagiku niatku ingin memberi, jika dia bohong itu urusan dia sama Allah. Ray teringat kisah seorang sahabat yang menyerahkan zakat ke baitul Mal, namun rasulullah memberikan zakat itu kepada anak sahabat tersebut, dan sahabat itupun protes, kenapa di berikan kepada anaknya, namun rasulullah menjelaskan, urusan zakatmu dengan Allah, maka kau mendapatkan pahala dari itu, terlepas siapa yang menerima zakat darimu. Inilah yang membuat ray berfikir untuk tetap memberi jika ada peminta-minta meskipun kadang ia juga khawatir dengan komplotan komunitas anak jalanan yang ada. Mungkin besok aku ketemu dia lagi, harapan Ray.
Terik matahari benar-benar panas siang ini, membuatku berkeringat, bau terik matahari pun lengket di baju yang ku kenakan, di tambah motor butut yang mesinnya semakin panas berpacu dengan kecepatan. Aduh aku lupa bawa helm dua. Alamat kepalaku bakalan pusing dan nyut-nyutan kepanasan. Tidak mungkin helm aku yang makai dan kakak kepanasan. Panas siang ini benar-benar membakar. Tidak terbayangkan orang-orang yang bekerja menjadi tukang perumahan dan juga yang bekerja di lapangan minyak. Mereka pasti lebih kepanasan dariku, apakah mereka tetap bertahan puasa dengan kondisi panas-panas begini, karena jarang sekali aku dapati mereka puasa, hanya sedikit yang tetap bertahan puasa dengan kondisi lapangan kerja yang menantang. Aku kira itu semua ujian kesabaran.
Tags