![]() |
Saya tergelitik dengan sebuah kalimat yang disampaikan oleh seorang senior di organisasi dalam WA Group, ya meskipun kami tak pernah berjumpa secara tatap muka karena memang groupnya mencakup nasional hingga mancanegara, dan saya pun hanya sesekali nimbrung untuk berbalas komentar.
Kalimatnya kira kira seperti ini...
Iblis itu jin sholih yang melampaui kesholehan para malaikat sehingga api itu memimpin cahaya...
Saat gusti Allah menciptakan makhluk baru yang dari tanah, bernama Adam lalu ditiupkan Ruh dan mau dijadikan khilafah... Semua disuruh sujud; yang biasa jadi elit (iblis) ndak mau...
Karena Iblis adalah orang lama, alias dia lebih dulu diciptakan, dia lebih Sholeh dan bahkan dia juga diciptakan dari api, sedangkan malaikat saja hanya dari cahaya, yang meneruskan pantulan dari api, begitulah kira-kira. Kemudian tiba-tiba iblis diperintah Allah untuk sujud kepada Adam as.
Iblis pun membangkang, karena dia merasa lebih dari Nabi Adam as. Entah itu lebih senior, lebih duluan diciptakan, dan merasa lebih baik dari tanah, Iblis tak mau sujud. Padahal langsung Allah SWT yang memerintahkan. Lantas karena pembangkangan yang dilakukan iblis ia akhirnya dikeluarkan dari surga.
Allah sebenarnya bisa saja tidak menyuruh sujud di hadapan nabi Adam as, hanya saja, Allah SWT kan ingin melihat tindakan dari makhluk ciptaan Nya atas perintah yang diberikan, apakah dilaksanakan ataukah dilanggar. Sebenarnya tanpa Allah uji pun Allah tau bagaimana tindakan yang akan diperlihatkan oleh makhluk Nya.
Hanya saja kan, Allah SWT ingin kita sebagai manusia belajar dari kisah ini. Allah SWT ingin memperlihatkan kesombongan yang ada pada iblis. Meskipun Allah SWT sendiri tahu bahwa Iblis itu sombong, dan Allah tidak suka itu. Karena sombong hanya lah pantas milik Allah saja. Bukan milik makhluk ciptaan Nya.
Bahkan Iblis pun sebelum keluar dari surga, dia meminta izin kepada Allah SWT untuk menggoda anak cucu Adam hingga hari kiamat, dia tidak ingin sendirian di dalam neraka. Dia ingin membawa teman dan pasukannya. Dan pandangan saya, tentu ini semacam iri dengki yang dimiliki iblis tak sudi anak keturunan Adam berada di surga.
Tentu iblis dendam kepada Adam, karena dia telah dikeluarkan dari surga. Karena iblis merasa karena tidak mau sujud di hadapan Adam lah yang membuat dia dikeluarkan dari Surga, padahal subtansi nya buka pada "dia gak mau sujud" tapi subtansi nya "karena merasa lebih dari Adam lah, yang membuat dia tidak mau sujud" meski Allah yang memerintahkan.
Nah, di sinilah tergelitik saya dengan statement senior itu, sehingga saya menulis ini. Saya berfikir bagaimana dengan kita? Yang selama hidup kita sudah banyak sekali hati yang terkotori, hati yang terzolimi.
Mungkin kita pernah merasa "lebih" dari manusia lainnya
Mungkin kita pernah merasa iri dengki dengan manusia lainnya
Mungkin kita pernah merasa dendam dengan manusia lainnya
Mungkin juga kita pernah gak mau mendengarkan ucapan anak kecil yang benar, tentang suatu hal, hanya karena merasa kita lebih tua atau merasa lebih besar dari anak kecil itu. Padahal nabi kita pernah mengajarkan bahwasanya kita tetap mesti mendengarkan sebuah kebenaran meskipun kebenaran itu dari anak kecil. Siapapun yang mengatakan sebuah kebenaran maka mesti kita terima siapapun yang menyampaikan kebenaran itu.
Nah sikap super power, senioritas, merasa berkuasa, ataupun merasa paling besar pasti sering menjangkiti siapapun. Siapapun itu pasti pernah terjangkit penyakit ini. Entah itu interaksi dengan siapapun. Jarang sekali kita itu bersikap rendah hati. Sering nya melihatkan superior.
Wah jika kita lihat ke iblis, bukankah hampir mirip? Kita tentu pasti tak ingin disamakan dengan iblis kan? Dan jangan mau juga kita seperti dan memiliki penyakit seperti iblis. Jikapun pernah terbersit, segera bersihkan kembali hati kita.
Ya mungkin bisa jadi memang kita sedang digoda oleh iblis. Tapi kan gak mungkin kita selalu menyalahkan iblis!? Nanti iblis pun akan protes dia selalu dijadikan kambing hitam, meskipun benar iblis sudah berjanji akan menggoda anak cucu Adam hingga hari akhir.
Ya tentu, Allah berikan kita fitrah. Fitrah untuk kembali ke hati yang lurus. Pernah kan kita merasa disaat ada khilaf langsung beristighfar dan selanjutnya introspeksi diri? Nah itulah gunanya Allah ciptakan hati nurani, akal dan juga perasaan kepada kita manusia. Makhluk ciptaan Nya yang lain kan gak punya. Allah kasih kita akal untuk berfikir dan hati untuk merenung.
Itulah juga sebab Allah ingin jadikan nabi Adam as dan keturunannya sebagai Khalifah di muka bumi. Karena manusia Allah kasih akal pikiran, hati nurani, ataupun juga nafsu. Tentu sebagai manusia kita punya salah, dan sebagai manusia kita juga Allah kasih kesempatan memperbaiki diri. Hanya saja kan jangan dipupuk rasa bahwa kita lebih baik dari orang lain, jangan!!
Bahkan, seorang pendosa yang merasa hina lebih baik dari pada seorang ahli ibadah yang merasa lebih suci. So jangan pernah menyerah, jangan pernah putus asa, terus perbaiki diri.
Sukoharjo, 1 Juni' 025