Jangan Salah Ucap

Admin
0
"Nin, aku sedang menyukai seorang laki-laki dan aku tidak bisa melupakannya, semakin aku mencoba melupakannya rasa itu semakin besar" bella mengeluarkan isi hatinya pada nindia , seseorang yang ia percaya untuk menjaga rahasianya. "Ah, kamu. Begitu saja tidak bisa, hal melupakan itu mudah sekali bel, kamu ingat saja semua keburukannya". Nindia mencoba memberikan argument. "Tapi tidak bisa nin, aku sudah coba". Bella semakin menahan rasa sakit yang ia tahan karena perasaan itu. "Terus sekarang kamu mau apa?, tidak usah kau sukai orang yang belum tentu juga memikirkanmu, kau hanya melukai hatimu saja bel" Percakapan ini sederhana tapi bukan bagi bella, yang dia butuhkan bukan kalimat itu. Coba nindia berkata begini: "rasa suka itu fitrah bel, hanya saja kau akan semakin sakit jika begini, jangan terlalu keras untuk melupakan dia, biarkan kau berdamai dengan perasaanmu dan terima saja rasa itu, maka lambat laun rasa itu akan menguap juga sendiri, jika kau terus keras melupakannya maka otomatis kau akan terfikir terus tentangnya dan itu akan semakin sulit untukmu melakukan itu semua" Rasa suka itu fitrah, ya begitulah. Seseorang yang sedang menyukai orang lain tidak bisa melihat keburukan orang yang disukainya. Akan selalu ada pembelaan-pembelaan jika menyudutkan. Percakapan kedua akan lebih menentramkan tidak menghakimi dan tidak menyudutkan. Ya begitulah dalam memberikan komentar apalagi jika perihal perasaan, kita tidak bisa menyamakan emosi kita yang sedang normal dengan emosi seseorang yang sedang bimbang. Salim A fillah mengatakan dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Maka berkomentar dan berpendapatlah sesuai lawan bicara. ~ follow: @helmiyani89
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)