Benci

hyAzn
0

Mudahkah kita membenci seseorang, ataukah semudah itukah kita untuk tidak menyukai seseorang?

Saya kira tidak .

Tidak ada manusia yang mudah membenci manusia lainnya, kecuali jika hatinya sudah sangat sangat terluka, maka mungkin saja kebencian terhadap seeorang menggerogoti hatinya.

Kadang, bahkan sering, kita melukai orang lain dengan lisan kita, tanpa kita sengaja. mudah-mudahan itu tidak sengaja, namun kita terkadang lupa. Kata-kata itu sengaja kita tekan untuk seolah-olah memotivasi orang lain, namun penekanannya terlalu menjust dan seakan-akan orang yang di motivasi adalah makhluk yang sangat terpuruk luar dalam yang harus di angkat kembali.

Benci hanya akan menghacurkan nilai-nilai keluhuran di hati setiap manusia, karena bagaimanapun, kita manusia biasa ingin hidup dalam kedamaian dan ketentraman hati.

Ketika ingin memberikan masukan yang sangat pribadi apalah lagi sampai mengenai teknis pribadi secara detail, kita tidak bisa hanya mengandalkan kedekatan personal, tetap etika santun mesti di utamakan, mengira-ngira, salahkah kalimat yang akan di utarakan.

Seumur-umur kita pasti pernah jatuh cinta, maka begitu juga benci, rasa benci pasti juga pernah menghampiri anak manusia. Namun itu semua tdak akan menyelesaikan masalah yang ada. Lebih baik kita berdiam diri masing-masing dan saling intropeksi diri.

Jiwa manusia itu sejatinya keras. Makanya Allah menyuruh rasulullah untuk berlemah lembut kepada setiap orang yang akan diajaknya bicara, karena manusia tidak akan bisa menerima sesuatu yang keras, di tambah ego manusia itu pasti ada, lagipun kita tidak tahu bagaimana perjalanan hidup mereka, sudah sejauh mana tekanan dan kebahagiaan yang dirasanya. Maka jangan ditambah lagi luka hati anak manusia dengan lisan kita yang tak bertulang. Apalah lagi seakan-akan menunjukkan kita adalah orang terhebat yang tidak bisa di bantah kalimatnya sedikitpun.

Sebenarnya saya terkadang heran dengan orang-orang yang keras terhadap diri sendiri dan juga menerapkannya pada orang lain.
Dalam dunia kepemimpinan ada dua istilah yaitu: pemimpin dan manager. seseorang lebih baik menjadi pemimpin di bandingkan manager, jiwa pemimpin itu mengayomi dan jiwa manager itu terkadang menekan bawahan dengan tuntutan-tuntutan.

Kebencian dengan seseorang itu akan membuat jiwa manusia tidak tentram. Lebih baik berdiam diri dalam renungan panjang. Perjalanan menempuh hidup membuat jiwa manusia mengerti bahwa janganlah orang lain tau permasalahan kita, toh ujung-ujungnya bukan ketenangan yang di dapat dengan menceritaan pada manusia, karena si pencerita biasanya menggunakan sudut pandang hati ketika menceritakan pilu hatinya, nah sedangkan si pendengar mendengarkan dengan sudut pandang pemikiran, maka solusi ataupun feedback dalam percakapan hanya akan ada tolak belakang alias mental dan sampai kapanpun ia tidak akan mengerti. Jadi jangan heran jika kita menjumpai manusia manusia yang sangat susah untuk bercerita dengan manusia lainnya, karena bisa jadi tidak ada selama ini yang mampu membuat nya tenang dalam menyampaikan beban hati yang di tanggungnya.

Seharusnya di saat ada orang lain yang mempercayai kita sebagai tempat menyampaikan permasalahannya dengarkan saja dan rasakan dengan hati apa yang dirasakannya, jangan pakai logika. Jika lisan kita hanya akan mampu melukainya dengan kata-kata yang tak tersusun bak pujangga cinta, lebih baik kita memberikan solusi dengan cara lain. Dan bisa jadi hanya dengan mengatakan “apa yang dapat aku bantu untukmu? sampaikanlah semua keluh kesahmu padaku, meskipun aku tak mampu membantu , tapi aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu kapan kamu mau dan berusaha semampuku untuk memecahkan permalasahanmu” secara psikologi kalimat itu sudah sangat membantu.


@helmiyani89
Pekanbaru, 09.55 // 17'5'15
Nantikan Part 2


Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

Made with Love by

Glassiki Template is Designed Theme for Giving Enhanced look Various Features are available Which i…