"Baper" bukan Sebuah Kata Negatif

Admin
0

Oleh : Helmi Yani

Tulisan ini adalah bentuk refleksi saya terhadap salah satu tulisan yang ada di dalam buku "From Baper to Super". Banyak yang menganggap bahwa kata baper adalah kata negatif, maka melalui tulisan ini saya ingin membantah terhadap anggapan bahwa kata baper adalah kata negatif.

Di dalam buku ini disebutkan, " sehingga kata negatif yang sejatinya ada untuk melemahkan, malah menjadi hal yang biasa saja dan justru menguatka", "semoga dengan meletakkan kata negatif pada tempatnya akan membuat kita menjadi lebih kuat dan tak mudah dilemahkan lagi". (hlm. 5)

Oke mari kita simak, mengapa saya mengatakan kata baper bukanlah kata negatif, apa baper itu, baper singkatan dari bawa perasaan. Nah, mari kita telusuri, perasaan, Allah ciptakan manusia dengan perasaan, hanya manusia makhluk Allah yang diciptakan Nya dengan sebuah Perasaan. Hewan, tumbuhan, malaikat, jin dan juga setan tidak diberi perasaan oleh Allah.

Dengan perasaanlah manusia bisa peka dengan alam semesta. Diawal tulisan tersebut memang menggambarkan bahwa, "baperlah ketika".. Hanya saja saya tidak setuju dengan anggapan bahwasanya kata baper diidentikkan dengan kata negatif. Baper merupakan sebuah kata positif, dengan perasaan lah manusia dapat peka dan juga peduli dengan sesama.

Dengan membawa perasaanlah manusia mampu bersikap toleransi, saling menghargai, memperbaiki diri lebih baik lagi, bahkan sesama penulis pun, dengan membawa perasaanlah sebuah tulisan lebih berasa. Kata baper bukanlah kata negatif, sama halnya dengan kata politik, apakah politik itu busuk? Tidak kan? Tapi oknumlah yang membuat politik itu dibenci dan menjadi busuk.

Juga demikian halnya kata baper, " bawa perasaan", ia bukanlah sebuah kata negatif, namun hanya kalangan muda saja yang salah mengartikan kata positif menjadi kata negatif. Bawa perasaan, dengan membawa perasaanlah empati, toleransi, saling menghargai, saling mengasihi, saling menyayangi dan semua hal baik lainnya terjadi, karena perasaan.

Seandainya para pelaku penista agama membawa perasaannya ketika ingin menistakan dan melecehkan agama, maka ia tidak akan melakukan penistaan ketika akan melakukan hal demikian ia pun berfikir dan merasakan bagaimana jika dirinya di posisi yang dilecehkan. Maka ia akan meraba bagaimana perasaannya hancur disaat agamanya dihina, dengan demikian ia pun takkan melakukan hal tersebut.

Bawa perasaan, dengan membawa perasaanlah, seorang anak tidak akan tega menuntut dan menjerat ibunya ke pengadilan, dengan membawa perasaan tidaklah akan mungkin para koruptor merajalela. Namun nyatanya? Semua kejahatan terjadi, karena apa? Karena tidak adalagi perasaan, sehingga semua hanya berdasarkan nafsu dan hasrat. Jika para pelaku maksiat (red, homosex, lesbian, prostitusi, psk, dan semua jenis kemaksiatan lainnya). Andai mereka membawa perasaannya saat melakukan maksiat tersebut, tentu ia tidak akan melakukan maksiat.

Bawa perasaan. Dengan perasaanlah kerukunan antar tetangga dan juga warga dan desa aman tentram tidak saling menyakiti dan melukai. Dengan membawa perasaanlah saling berbagi dengan tetangga akan tetap berlangsung. Dengan membawa perasaanlah kita saling menghargai yang muda dan menghormati yang tua. Dengan membawa perasaanlah kepekaan akan lingkungan dan juga sekitar semakin tinggi.

Dengan membawa perasaanlah, sebuah perubahan dapat dilakukan. Saya hanya ingin menegaskan, sebuah kata selagi bukan mengandung unsur pornografi dan pornoaksi maka ia bukanlah sebuah kata negatif, apalagi sebuah kata "baper" bawa perasaan. Hanya dengan membawa perasaanlah kita peduli dan simpati dan juga empati, saling menolong dan prilaku positif lainnya.

Hanya saja saat ini kata baper disalah artikan, sama halnya dengan kata politik, oleh oknum dan kalangan tertentu. Sehingga kata yang asalnya positif dianggap negatif, karena apa? Karena terbawa pemahaman akan kalangan awam yang memaknai kata baper. Atau dengan kata lain, karena terbawa arus kalangan muda mudi yang beranggapan bahwa baper itu negatif.

Sama dengan kata politik, kata yang awalnya bermakna baik, "mensiasati" berubah pandangan di kalangan masyarakat karena oknum pelaku politik yang semena mena atas kekuasaannya. Begitu juga kata baper karena segelintir muda mudi galau yang menyalah artikan kata baper, dan menjadi booming dan marak menjadikannya sebuah kata yang dipandang negatif, yang mana sejatinya ia merupakan kata yang bermakan positif.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)