Indahnya Kehidupan Pesantren dan Mondok

Admin
0

Oleh : Helmi Yani

Saya tidak akan terlalu bisa memberikan gambaran indahnya kehidupan di pesantren dan Mondok karena saya sendiri bukanlah anak santri pesantren. Tapi setidaknya saya akan menggambarkan indahnya kehidupan di pesantren dari hasil cerita yang pernah mondok dan para santri yang ada di pondok juga hasil survei di lapangan, kebetulan saya suka bermain ke pondok-pondok pesantren walau hanya sekedar menikmati suasana di pesantren ataupun ketika ada pelatihan kepemimpinan dan menggunakan lingkungan pesantren sebagai tempat nginap dan juga pelaksanaan outbond bagi peserta pelatihan.

Yang namanya anak pesantren pasti mandiri, itu sudah pasti, walau di beberapa sekolah IT anak-anak yang mondok bajunya ada yang mencuci kan. Namun biasanya kalau yang benar-benar pesantren maka semua keperluan para santri melakukan sendiri, seperti mencuci pakaian, setrika pakaian ataupun mencuci tempat makan masing-masing. Tentu tidak akan asik jika saya yang menuliskan karena tidak pernah merasakan kehidupan di pesantren hingga berminggu-minggu dan berbulan-bulan apalah lagi hingga tahunan. Saya paling banter bisa bertahan di suasana pesantren hanya 3 hari, gak kurang gak lebih.

Santri pesantren adalah orang-orang luar biasa saya kira, karena mereka terbiasa hidup dalam aturan yang telah dibuat 24 jam untuknya. Sekolah bagi mereka adalah 24 jam, tidak hanya sekolah saat jam pelajaran berbagai mata pelajaran namun sepulang dari belajar mata pelajaran mereka kembali ke asrama (pondok) untuk kemudian mendapatkan pelajaran tambahan kembali baik musrif/ah. Yang selalu memantau mereka. Terbiasa bangun jam 3 atau jam 4 pagi dengan berbagai aktivitas ibadah yang sudah diagendakan pesantren. Qiyamullail berjamaah hingga mendengar kan ceramah setelah sholat subuh.

Menyetor hafalan di sela-sela aktivitas di luar mata pelajaran dan berbagai kegiatan belajar lainnya di luar mata pelajaran, sekolah dan belajar bagi santri pesantren adalah 24 jam. Dengan berbagai hal baru yang mereka pelajari. Kedisiplinan dan aturan yang sangat ketat sudah terkenal di pesantren. Bisa kita perhatikan juga hal ini dari film dan novelnya A. Fuady, "Negeri Lima Menara" bagiamana kehidupan santri di pesantren. Kemandirian dan kedisiplinan tinggi akan mereka rasakan. Sanksi akan mereka dapatkan jika jelas melanggar aturan yang telah disepakati.

Mereka dididik dengan kesederhanaan kehidupan walau pun aslinya mungkin para santri adalah anak pejabat sekalipun, namun mengenai kehidupan di pesantren maka tiada pandang bulu dalam menerapkan kedisiplinan dan aturan bersama, tidur dan istirahat dengan fasilitas seadanya, kenyamanan tidur di kasur empuk di rumah orang tua telah mereka kesampingkan demi mendapatkan ilmu dari pada kiai dan ustadz. Santri pesantren belajar dewasa sedari masa mondok, merasakan sederhana hidup dan perjuangan belajar. Kesungguhan untuk meraih sebuah cita-cita dan impian.

Suasana di pesantren tentulah sangat mengasikkan, karena saban hari mendapatkan wejangan ilmu dan nasehat dari kiai dan ustadz. Siraman taujih dan rohani selalu menghiasi qalbu santri. Walau sebagian para santri mengakui, merasa beban dan ingin cepat keluar dari mondok, walau kerinduan mereka membuncah kembali saat masa-masa libur atau sudah diluar mondok, mereka hendak merasakan kembali kebersamaan dan segala macam warna-warni kehidupan di pesantren. Belajar 24 jam tentulah bukan hal yang mudah, tapi tetap dijalani demi masa depan yang lebih cerah. Baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Semoga.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)