Tiga Hari Susah Berlalu, Engkau Hidup di Hatiku Selamanya

Admin
0


Tak terasa waktu terus berjalan. 14 Syawal 1441 H atau bertepatan pada hari Sabtu 6 Juni 2020 sekira pukul 17.00 WIB lewat sekian Allah memanggil amak pulang untuk selamanya. Sudah masuk hari ke 3 pasca pemakapan Amak. Bayangan Amak masih tersimpan di dalam hati. Sungguh terasa sesak dada ini, merasa kehilangan Amak. Sudah tidak bisa lagi telfon Amak, sudah tidak bisa lagi video call Amak. Sungguh terasa bagaimana suasana rumah yang akan sunyi tanpa Amak. Mak, engkau selalu hidup di dalam hati anak-anak mu Mak. 

Jika ditanya ikhlas kah aku untuk semua kondisi ini? Ya aku ikhlas, sudah menjadi takdir tak bisa melihat Amak untuk yang terakhir kalinya. Tidak bisa mengantar Amak ke pemakaman, tempat istirahatnya. Insya Allah aku ikhlas, hanya saja, hati yang sesak karena kehilangan orang yang sangat penting dalam hidup takkan bisa kita elakkan begitu saja. Baru tiga hari Amak dikubur, ya baru tiga hari, masih basah bunga bunga di pemakaman beliau. Itu waktu yang masih baru sekali. 

Sabtu sore Amak meninggal, Sabtu sore Amak tak ada lagi, sudah tak ada nafas Amak, sudah tak ada denyut nadi Amak. Di saat itu, aku hanya bisa terdiam dan menangis meneteskan air mata. Jauh, jauh sekali Amak dalam penglihatan mataku, jauh sekali Amak dalam pelukanku. Aku tidak bisa melihat langsung, tidak bisa memegang wajah Amak ataupun memandikan Amak. Mak, semoga surga untukmu Mak. 

Setiap saat aku selalu teringat Amak, ya, dulu saat masih gadis, saat masih bisa sering di dekat Amak, banyak hal yang diceritakan amak. Mulai dari kisah hidup Amak, hingga remeh temeh hal sepela lainnya dengan kondisi saling bercangkrama. Terakhir bisa video call dengan Amak adalah pada hari Jumat, sekitar pukul 09.00 WIB. Alhamdulillah, meskipun masih terasa sesak. Sejak Amak sudah tak ada, rasanya semua berubah begitu saja. Amak hidup dalam hatiku dan ingatanku. Beberapa hari yang lalu masih bisa video call Amak, setiap saat ketika ingin dengar nasehat Amak, bisa video call Amak, kini, semua tak bisa lagi. 



Doaku dan doa anak-anakmu akan terus dipanjatkan Mak, aku sangat berharap Amak tenang di alam kubur. Sakit yang Amak rasakan selama ini, insya Allah mudah mudahan menjadi penggugur segala khilaf ataupun salah Mak, selama menjalani kehidupan di dunia fana ini. Mak, maafkan aku anakmu Mak, tak bisa bersama Amak, kami ingin sekali Mak, tapi keadaan pandemi ini menjadi hambatan untuk bisa bersama Amak. Maafkan aku Mak. Seperti makan buah simalakama, dimakan Mak mati, tak dimakan bapak mati. Begitulah kondisi saat ini Mak. 

Kita pun tak boleh berandai-andai. Berandai-andai adalah temannya setan. Sabtu, Minggu, dan Senin, hingga Selasa setiap bangun tidur hatiku masih sesak Mak. Bersyukur ada suami yang dapat menenangkan. Setiap bangun tidur aku masih menangis Mak. Menangis karena kehilangan, menangis karena banyak keinginanku padamu yang tak bisa kulakukan. Anakmu di sini insya Allah baik baik saja Mak. Kini jika ku rindu padamu Mak, aku akan panjatkan doa untukmu, dulu, saat rindu, aku hanya bisa video call. Tapi tak apa Mak, meskipun demikian aku senantiasa tau kondisi mu mak. Meskipun anakmu jauh di rantau orang, aku tetap senang bisa video call dan telfonan dengan mu Mak. 

Meskipun tak bisa memandikan, mengantarkan ke pemakaman, insya Allah doa akan selau dikirim kan Mak. Allah memberikan yang terbaik untuk Amak insya Allah. Allah tau yang terbaik untuk setiap hambaNya. Insya Allah Mak, semoga semua sebagai penggugur dosa Mak.  Yang ku inginkan adalah amak tenang di dalam kubur, terang kuburan itu, lapang kuburan itu. Dan ditemani dengan amal ibadah yang selama ini amak lakukan. Yang kuinginkan, mendirikan surga untukmu Mak. Semoga itu Allah kabulkan. Semoga kita bisa berkumpul di kemudian hari Mak, di surga Nya. 

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)