Akhirnya farhan bicara juga: ra, maafkan
aku, aku tidak pernah ingin meninggalkanmu, bersamamu adalah
kebahagianku, namun aku tak berdaya ra?!.. dia memang istriku, tapi anak
itu bukan anakku ra, dia teman kecilku yang telah di tinggal pergi oleh
kekasihnya, setelah semua di renggut. aku hanya menjaga nama baik
sahabatku ra. Tapi di satu sisi aku tidak ada maksud meninggalkanmu. aku
tau aku salah pergi tanpa bicara dan kabar setelah undangan kita sudah
jadi, maafkan aku ra. Kau harus percaya padaku. Setiap hari hanya kamu
yang ada di fikiranku zahra, percayalah, meskipun aku menikahi sinta
tapi aku tidak pernah menyentuhnya. Karena aku menikahi nya hanya untuk
menjaga nama baiknya sampai beberapa waktu saja, dan itulah kesepakatan
kami ra, aku mohon percayalah padaku. Sebenarnya aku sering datang
kerumahmu tapi aku tdak berani mendatangi. Aku tau aku pengecut, sangat
pengecut. Tapi aku benar benar tidak berdaya ra, jika kau masih
mencintaiku aku ingin kita menikah. Hanya itu yang aku inginkan. Sinta
dia sudah tau banyak hal tentang dirimu. Hanya saja kau yang belum kenal
dia.
Pikiranku kalut mendengarkan pengakuan farhan, bagaimana bisa dia
perpikiran picik begitu, meninggalkanku dengan alasan menjaga nama baik
teman kecilnya yang telah di nodai mantannya, tanpa dia pikirkan nama
baikku dan keluargaku yang calon penganten tidak ada setelah pertunangan
terjadi??!! . Picik sekali pikirannya.
Aku hanya diam tidak ingin berdebat, tidak ada gunanya juga aku
bicara di saat pikiran ini kalut. Disatu sisi aku bahagia mendengarkan
penjelasannya, namun disisi lain aku marah padanya. Dia tidak
memikirkanku calon istrinya, tapi malah memikirkan teman kecilnya,
pikiranku kalut, benar benar kalut.
"Farhan, aku capek, aku mau istirahat" ku berjalan meninggalkannya.
Selangkah demi selangkah semakin jauh, Seperti yang kuduga dia
membiarkanku berjalan sendiri, dia memang laki-laki pengecut, membiarkan
seorang wanita yang katanya dicintainya tapi tidak khawatir akan
keselamatanku di malam sunyi ini. Sebenarnya aku takut berjalan sendiri,
tapi ku coba paksakan diri untuk tidak berbalik memintanya sudi
mengantarkanku.
Sudah 20 meter aku berjalan, sepertinya tidak ada tanda-tanda dia
datang. Malam dingin sekali, aku lupa tidak memakai jaketku. Tanpa
kusadari ada yang memakaikan jaket kulit padaku. air mataku mengalir,
aku tau itu farhan... Sejak kapan dia mengikutiku?! Bodohnya aku sudah
memikirkannya begitu. kami berjalan tanpa kata. Hanya angin dan dingin
malam yang menemani. Dia tetap di belakangku.. Aku tidak peduli. Biar
saja dia berjalan di belakang. Aku tidak peduli.
Percayaku padanya kembali seperti dulu, waktu awal aku mengenalinya,
rasanya farhan sudah kembali lagi padaku, namun untuk menikah
dengannya? Entahlah.aku tidak bisa memikirkan hal itu saat ini. Aku
ingin berfikir waras dan sadar.
:) sambung lagi ya..