Inikah Cinta?

Admin
0

Dinginnya malam menemaniku saat ini, menikmati keheningan yang selalu diciptakannya. Sudah beberapa hari ini ada rasa yang mengganjal dihatiku. Sebagai seorang perempuan maka wajar aku menyukainya, lelaki yang ku kira dan kunilai sangat memiliki karakter sebagai seorang pemimpin, jiwa melindungi ada pada dirinya.

Aku belum bertemu dengannya, hanya mengenalnya karena sebuah kasus. Aku tertarik pada pribadinya, bukan tampilannya. Apakah aku berhak menyukainya? Padahal belum tentu ia menyukaiku. Jikapun ternyata hanya rasa sepihak, lantas apa yang bisa dilakukan oleh seorang aku yang hanyalah wanita biasa saja. Bagiku rasa ini hanya akan kuhadiahkan pada seseorang saja yang jelas akan membimbingku dunia akhirat dan selama inipun tak bisa ku terka siapa orangnya bahkan namanya pun tak terlintas.

Dalam lamunannya, Ayunda memikirkan dan hatinya berkecamuk dengan rasa yang ada dihatinya. Sebagai seorang wanita yang dewasa, jelas ia takkan menjalin hubungan seperti ABG biasanya, lagipun tidak ada kamus hubungan dekat pada lawan jenis di kehidupan Ayunda, kecuali pernikahan. Ia hanya ingin cinta sejati, cinta pada sang suami tercinta. Namun lagi-lagi dia hanyalah seorang wanita yang tak bisa berbuat apa jika menyukai seorang pria. Jikapun ternyata mereka berjodoh maka Tuhanlah yang punya kuasa.

Menanti dalam doa, itu yang terpikirkan olehnya, biarkan saja sang pemilik hati yang menyatukan mereka. Mendamba sosok lelaki itupun ia tak ingin berlama-lama dalam lamunan. Takut terjatuh pada hati yang terkotori. Ayunda lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut tak bisa dan tak ingin berlama-lama dalam angan-angan rasa yang tercipta.

Tapi apakah salah jika aku mendamba ia yang menjadi pasanganku? Orang yang akan kucintai dunia dan akhirat?. Hati kecil Ayunda berkata demikian, namun di sudut hati yang terdalam ia pun tak ingin mendampa, ia tak ingin membuat seseorang yang akan menemaninya nanti-yang entah siapa itu- cemburu terhadap rasa yang hadir untuk pria ini.

Aku ingin mencintai seorang saja dalam hidupku, jika Tuhan izinkan, maka biarlah aku hidup bahagia bersamanya. Jika ia adalah lelaki yang Tuhan berikan untukku, maka tak salah jika hatiku kagum pada pribadinya. Namun jika ternyata bukan dia orangnya, maka ku harap hatiku secepatnya melupakan luapan rasa ini.

Bathin Ayunda bergejolak antara rasa fitrah yang ia rasa dengan teka-teki kehidupan yang belum dapat ia pecahkan. Akankah mereka bertemu atau hanya rasa yang tak perlu diberi tempat. Ayunda beranjak dari tempat tidur, tempat ia melamun, dimatikannya lagu yang menemaninya dalam lamunan sedari tadi. Pikirannya tak ingin dilarutkan dalam rasa yang tak berhak ia rasakan, ia ingin cinta yang halal, rasa yang halal, yang pantas dan berhak dirasakannya.

Ayunda, mengambil secarik kertas, menulis sebuah puisi untuk ia endapkan rasa yang menghantuinya. Mungkin dengan begitu ia lebih tenang. Jam dinding sudah menunjukkan malam semakin larut. Lampu kuningan menerangi ruangan kamarnya, selesai sudah sebuah puisi. Puisi yang ingin dia simpan, sama seperti rasa yang hadir yang ingin dia simpan dan diendapkan.

Ayunda semakin tak bisa tidur, pikirannya belum juga tenang. Mungkin akan semakin banyak puisi yang akan dilahirkannya malam ini.



#FlasFiction
#Fiksi

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)