Pilihan Atau Keputusan

Admin
0
Aku mencoba mengikuti alur semua cerita, memang ada saat untuk kembali tertawa, namun aku belum siap, ketika terhenyak dari badai besar yang melanda, seakan aku sendirian. Lantas sekarang semuanya tertawa. Dan aku seperti orang bego yang ditertawakan.

Entah kenapa, aku merasa bodoh dan dipermainkan dalam drama yang di buat mereka. Untuk apa kau peduli pada mereka yang enggan dibersamai. Untuk apa?

Aku mencoba percaya pada mereka, tapi mereka menghantamku dari semua arah, apakah aku harus maju terus ke gelanggang pertempuran? Semua ini macam main catur.

Semua prajurit berlari-lari dalam papan catur, aku menjaga sang raja seperti seorang perdana mentri, lama-lama aku berdidir sendiri, rapuh tak ada, kuda pun perdana mentri tak punya. Apa aku mesti tetap peduli pada yang tak ingin membersamai?

Kasusnya kembali sama, biarlah kehilangan perdana mentri ketimbang prajurit dalam papan catur. Itu yang ku lihat. Lantas masih bisakah aku mempercaya, apa yang kulihat?

Ku kira, aku bodoh, dan sangat bodoh. Untuk apa totalitas bersama namun tak berkualitas. Aku memilih diam dan membungkamkan diri. Jika aku sudah memilih sikap ini, itu artinya aku sudah murka sekali.

Lantas lama-lama akan aku tinggalkan semua tanpa perasaan. Lelah mungkin, apa bukan karena lillah? Lillah juga harus berorientasi kebersamaan yang bermakna. Dalam kamus hidupku begitu. Butuh pergi sejenak agarku pulihkan kembali energi yang telah terkuras

Aku bukan pengecut, namun terkadang, aku harus diam, dengan begitu aku ingin mengajak semua berfikir dengan semua tindakan.


20'02'16

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)