Refleksi (1) Buku ke 7 "Resolusi Menulis"

Admin
0

Oleh : Helmi Yani

Belum selesai saya membaca buku Resolusi Menulis Karya Sahabat Pena Nusantara, namun tangan saya sudah gatal hendak menuliskan sedikit hikmah yang saya petik dalam membaca buku karya fenomenal ini. Saya katakan karya fenomenal karya saya merasakan hal berbeda di saat membaca buku ini. Dengan membaca buku ini semangat dan adrenalin saya terus terpompa untuk tidak menunda nunda untuk segera menulis dan menulis dalam bentuk karya nyata (buku).

Saya katakan ini bukanlah resensi sebuah buku, ini hanyalah refleksi dari hasil saya membaca sebagian dari tulisan teman teman penulis yang tergabung dalam komunitas ini yang menuliskan artikel ringannya di dalam buku tersebut. Dari setiap penulis saya belajar bahwasanya alasan untuk tidak menulis tidaklah ada, namun kemalasan lah yang sedang menggerogoti diri. Penyakit yang selalu sama menjangkiti.

Seperti yang saya katakan, saya belumlah selesai membaca buku ini, baru sampai tulisan ke 16, namun saya sudah tidak sabar untuk menulis sedikit refleksi hikmah yang saya dapati. Di dalam tulisan setiap penulis membuka, apa itu menulis dan juga tantangan yang mereka rasakan dalam menulis serta sebagian juga mengungkapkan hal yang menakutkan yang selama ini ditakuti namun hanyalah sebuah ketakutan yang tak beralasan yang mampu mereka kalahkan.

Mungkin bisa dikatakan, di dalam buku ini para penulis blak blak kan yang mereka rasa tentang beratnya menulis dan mereka mampu mengalahkan rasa berat itu dan mengalahkan rintangan dan menaklukkan tantangan yang ada. "Bagi yang belum terbiasa, menulis merupakan pekerjaan yang berat. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh siswa atau masyarakat secara umum. Sarjana pun ternyata juga merasakan demikian" ungkap Adzi JW, pada hlm. 24. Beliau adalah salah satu penulis yang berhasil merampungkan naskah dalam dua bulan dan diterima di Quanta dan nampang bukunya di Gramedia seluruh Indonesia. Beliau memulai menulis dengan menguatkan tekad dan memberanikan diri untuk latihan menulis secara bertahap, selamat bapak. Saya salut.

Ada juga ustadz Abdul Rosyid yang merenungi dan memikirkan betapa beliau harus cemeti sejak dulu dalam dunia literasi mengingat para ulama yang harus mati Matian dalam menemukan sebuah ilmu, beliau menuliskan, "Andai Ibnu Katsir tidak tekun menuangkan karya tulisnya yang berjilid-jilid itu, niscaya ilmu nya tidak akan sampai ke generasi sekarang ini, kecuali hanya sedikit. Andaikan Imam Al-Ghazali bermalas-malasan menoreh kan penanya, niscaya ilmu ilmu dalam Ihya -nya tidak bisa dinikmati ummat Islam hingga kini", (hlm. 17). Beliau saat ini sudah menerbitkan bukunya "Renungan dan motivasi harian Islam".

Adalagi pak AMB (Abdul Muis Badrun) beliau memiliki formula menulis dengan tips dan trik "PAKSA - PAKSA-BIASA-BISA" dan ini sudah dibuktikan pak AMB, beliau menulis setiap hari dan sebagian tulisannya juga sudah nangkring di koran nasional dan buku bukunya juga sudah terbit. Dan masih banyak lagi kisah seputar para penulis bagaimana ia memompa semangat menulis nya. Saya tidak bisa sebutkan satu persatu karena terlalu banyak kisah menggugah di dalam buku "Resolusi Menulis" karya Sahabat Pena Nusantara yang disunting oleh Dr. Ngainun Naim ini.

Saya sedang belajar dari mereka semua melalui tulisan nya dalam buku tersebut. Dan tentunya harus saya ikuti jejak mereka, bagaimana Dr. Ngainun juga menulis di mana saja dan kapan saja walaupun dengan berbagai aktivitas nya yang sangat sibuk. Sebagian ada profesor, doktor, dosen, dekan, Humas kampus ITS (heee), pemilik pondok pesantren, dan sebagainya namun mereka tetap menulis dan menghasilkan karya buku yang menginspirasi siapa saja. Saya takjub dan ingin terus belajar dari semuanya.

Bagi yang minat buku ini silahkan chat penulis, harga terjangkau pastinya. (082389160376/WA) 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)