![]() |
infosastra.com |
Setelah membaca cerpen berjudul Tarom karangan Budi Darma di lakonhidup.com versi online dari cerpen yang dipublikasikan di sebuah koran nasional, koran Kompas, edisi 20 Agustus 2017. Saya teringat akan nama ini, beliau adalah Guru Besar Universitas Negeri Surabaya. Yang telah menerbitkan beberapa kumpulan esai, cerpen, novel dan juga pernah mendapatkan penghargaan antara lain dari Balai Pustaka, Kompas, SEA-Write Award (Bangkok), Anugerah Seni Pemerintah RI, Satya Lencana dari Presiden RI. Karyanya yang masyhur dan banyak mendapat pujian adalah kumpulan cerpen "Orang-orang Bloomington" dan novel "Olenka". (Biodata Pengarang di cerpen Tarom pada Kompas yang dipublikasikan online oleh lakonhidup.com).
Saya ingat beliau adalah salah satu pembicara di kopdar SPN ke V yang digelar di UNESA Surabaya pada 22 Oktober 2017. Ditambah dengan catatan ringan salah seorang anggota di Sahabat Pena Nusantara Mas Slamet Widodo, Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro, dengan judul "GARA-GARA MENULIS (PART-4 HABIS) (120) (Refleksi Kopdar V Sahabat Pena Nusantara – Belajar Bareng Prof Budi Darma)" yang dipublikasikan di WAG Sahabat Pena Nusantara pada 26 Oktober 2017 di jam 09.02. Ketika saya membaca "Tarom" dan mengetahui penulisnya adalah Prof Budi Darma maka saya pun tertarik untuk membuat sedikit tentang biografi singkat beliau. Pada cerpen Tarom seorang tokoh penulis terkenal di nasional dan internasional Tarom Wibowo yang banyak penggemar nya baik di luar dan dalam negeri.
Jika berdasarkan tulisan mas Slamet Widodo anggota SPN maka berikut hasil cuplikan beliau yang disaring dari Wikipedia Indonesia, -Prof Budi Darma, lahir di Rembang 80 tahun silam. Saat ini beliau menjadi guru besar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beliau menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra UGM (1963) dan saat itu pula menerima Bintang Bakti Wisuda. Pernah mengemban jabatan Visiting Research Associate di Universitas Indiana. Nama beliau juga sempat diabadikan dalam Who’s Who in The World dan Ensiklopedi Pengarang Indonesia. Novel karya beliau yang berjudul Olenka (1983) adalah novel pertama yang telah meraih penghargaan dari S.E.A. Write Award. Penghargaan itu dipersembahkan kepada penulis sastra di kawasan Asia Tenggara. Dan masih banyak lagi karya-karya lainnya yang tak kalah fenomenal.
Menurut Imam Muhtarom dalam artikelnya di infosastra.com Prof Budi Darma adalah seorang penulis yang mendapatkan julukan serba bisa. Salah seorang tokoh prosa Indonesia angkatan 1970-an. Dan Prof A Teeuw menilainya sebagai pengarang yang paling berhasil dalam usaha pembaruan, khususnya dalam hal teknik fiksi dan isinya. Namun Prof Budi Darma secara konsisten mengatakan bahwa kepengarangannya disebabkan oleh takdir. Bakat, kemauan dan kesempatan menulis hanyalah rangkaian pernyataan takdir.
Meskipun sudah termasuk pada kaum yang tidak muda lagi di dunia kepenulisan namun Prof Budi Darma yang lahir pada 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah ini masih tetap produktif di bidang sastra dan literasi, terbukti dengan terbitnya karangan cerpen beliau pada 20 Agustus 2017 di koran Kompas dan juga kehadiran beliau sebagai pembicara di Kopdar Sahabat Pena Nusantara 22 Oktober 2017. Prof Budi Darma juga dianggap sebagai pelopor penggunaan teknik kolase dan karya beliau dapat disejajarkan dengan karya-karya mancanegara.
Semasa kecil beliau sangat lekat dengan pengalaman perang, penjajahan Belanda dan Jepang. Peristiwa Madiun, Pemberontakan Tentara Islam Indonesia (TII) hingga peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ia merasa ada sesuatu dalam dirinya yang memaksanya untuk menulis, ia merasa bahwa tanpa menulis ia akan menjadi manusia tidak bermanfaat. Bagi Budi Darma kekuatan imajinasi identik dengan kepekaan seorang pengarang. Baginya imajinasi adalah modal kepengarangan beliau.
Berdasarkan pengakuan beliau, semua karya nya adalah lahir dalam perjalanan. Selain perjalanan, faktor bacaan juga memicu kepengarangan Budi Darma. Dan semua karangan beliau yang berjumlah ratusan itu dia buat atas dasar niat sederhana: menyukai sastra, (Jawapos.com).Hobi membaca semenjak remaja membuat beliau dekat dengan karya sastra dan sembari proses membaca buku beliau pun belajar bahasa Inggris secara otodidak, saat membaca buku bahasa Inggris beliau menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia secara manual satu per satu.
Menurut Prof Budi Darma, saat ini Indonesia perlu pengembangan sastra serius dan berbobot, agar menjadi penyeimbang sastra populer yang kian marak. Tak mesti sebanding dengan jumlah, paling tidak tetap ada penerus sastra baru untuk menulis karya secara serius. Prof Budi Darma menempuh pendidikan di berbagai kota, menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 1950 di Kudus, Jawa Tengah. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 1953 di Salatiga, Jateng. Serta Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Semarang tahun 1956.
Beliau meneruskan kuliah di jurusan sastra Inggris, Fakultas Sastra, UGM dan selesai pada tahun 1963. Pada tahun 1967 beliau mengikuti Internasional Writing Program di Universitas Liwa, Amerika Serikat. Dan kemudian mendapatkan beasiswa dari East West Center pada tahun 1970-1971 untuk belajar ilmu budaya dasar (Basic humanities) di Universitas Hawai, Honolulu, Amerika Serikat. Dan meraih gelar M.A pada 1975 dari Universitas Indiana, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Ph.D 1980 di universitas yang sama.
Setelah tamat dari Jurusan Sastra Inggris pada tahun 1963 Budi Darma sampai sekarang mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang dahulunya adalah IKIP Surabaya. Tak hanya sebagai tenaga pengajar beliau juga pernah menjadi Ketua Jurusan Sastra Inggris (1966-1970 dan 1980-1984), Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (1963-1966 dan 1970-1974) dan juga Rektor IKIP Surabaya (1984-1988).
Tidak cukup selembar kertas untuk menceritakan siapa seorang Budi Darma, jasa beliau dalam dunia sastra sangatlah besar, beliau juga membimbing cerpenis dan esais muda berbakat dari Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia dalam wadah Program Penulisan Mastera -Majelis Sastra Asia Tenggara - (1998-1999). Beliau merupakan anggota Modern Language Association (MLA), New York (1977-1990) dana nama beliau juga dicatat di dalam buku Who's Who ini The World (1982-1983)
12:34 WIB// Ahad, 29'10' 2017
Wonogiri, Jateng
Wonogiri, Jateng
#hyAzn
#LoveWriter
#MadrasahCinta
#BerbagiAsaIndahnyaKebersamaan
#LoveWriter
#MadrasahCinta
#BerbagiAsaIndahnyaKebersamaan