Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰن ِ
Tiada puji dan syukur hanya kepada-Nya. Segala kehidupan yang kita jalani adalah karunia dan atas keagungan-Nya. Tidak ada manusia yang bisa melakukan apapun tanpa bimbingan dan seizin-Nya.
Jika Dia menghendaki maka akan terjadi, namun jika Ia menangguhkan maka tak ada yang bisa melakukan sesuatu. Allah adalah Rabb semesta alam. Pengatur alam semesta. Sekecil apapun adalah atas kekuasaan-Nya
Pertanyaannya sejauh mana kita berfikir dan bertafakur dengan semua keagungan-Nya ini. Bibir kita yang bisa bicara adalah karena karunia-Nya memberikan kesempurnaan organ pada mulut, gigi, lidah dengan segala kelengkapannya.
Terlalu banyak nikmat Allah yang takkan mampu kita tulis dan jabarkan. Jika laut sebagai tinta hingga laut terisi kembali maka masih ada nikmat yang belum kita tulis. Jika dedauanan sebagai kertas, sebanyak apapun dedaunan tetap tak mampu kita uraikan.
Jika Allah berikan nikmat maka kita harus bersyukur. Allah berikan begitu banyak nikmat jika kita bersyukur dan taqwa maka akan Allah tambah nikmat itu. Namun jika kita kufur maka ketetapan-Nya akan berlaku.
Mungkin ada yang Allah berikan banyak kenikmatan namun tidak diikuti dengan kesyukuran maka itu adalah ujian dan bisa jadi azab baginya agar ia lupa akan kehidupan akhirat.
Mungkin ada yang hidupnya susah bisa jadi Allah memang sedang mengujinya sejauh mana ia bersabar dengan ketetapan-Nya dan masihkah ia sabar dengan keadaan dalam artian tidak membuat ia berpaling untuk tetap tawakkal, taat dan taqwa.
Jika ia berpaling dari sisi-Nya maka tak akan menjadikannya naik derajat. Bisa jadi karena kekufurannya ia tetap dalam kemelaratan. Hanya Allah yang tahu. Nikmat dunia ataupun pilunya kehidupan adalah ujian atau azabnya yang tidak ditangguhkan.
Disinilah kita perlu bertafakur dengan segala yang kita lalui. Jika kita hidup dengan penuh kenikmatan, apakah sudah dibarengi dengan kesyukuran, baik dari segi ibadah, sedekah berbagi, kemana harta dibelanjakan, bagaimana harta didapat dan sebagainya.
Begitu juga disaat Allah menitipkan anak. Ya terlalu banyak hal yang tak dapat kita uraikan dan terlalu banyak hal yang sedikit kita syukuri.
Di dalam ibadah pun kita diminta untuk bersabar, bersabar dalam menjalankan perintah-Nya. Bahkan selemah-lemahnya insan ia tak mampu bertaqwa selain atas izin-Nya.
Allah berikan kita iman dan akal untuk memikirkan segala karunia-Nya. Melihat segalanya dengan kacamata keimanan bukan hanya sekedar melihat keindahan saja.
Misal, kita pergi ke sebuah tempat dan indah sekali, maka akan rugi jika kita hanya sekedar menikmati keindahan itu tanpa ada rasa syukur dan takjub atas Sang Penciptanya. Ini yang namanya tafakkur, berfikir sambil mengingat keagungan dan kebesaran-Nya. Sambil memuji-Nya.
Betapa agung Allah atas segala ciptaan-Nya. Ketika melihat sebuah alam yang indah maka kita bersyukur, Takjub akan Allah. Subhanallah, Segala Puji Hanya Bagi Allah. Berdecak kagum kepada-Nya. Allah yang maha Esa menciptakannya.
Itu hanya satu contoh, masih banyak contoh lain. Pada diri kita sendiri pun banyak sekali ciptaan-Nya yang dapat membuat kita makin beriman pada-Nya. Makin merendah di depan-Nya. Makin berterima kasih padaNya.
Belum lagi karunia dan nikmat lainnya yang Allah berikan. Ntah itu rezeki, pasangan, anak, keluarga, orangtua, tetangga yang baik, teman yang baik, sahabat yang saling mengingatkan pada kebenaran dan kesabaran.
Bahkan waktu juga adalah nikmat yang diberikanNya. Nikmat kesempatan, nikmat kesehatan, nikmat berfikir, nikmat akal, nikmat iman, nikmat islam, kenikmatan lainnya.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰن
Terlalu banyak nikmat yang diberikanNya maka nikmat mana yang kamu dustakan? Kenapa bisa ingkar atas segala kenikmatan.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاˇولِى الْاَلْبَابِۙ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S Ali 'Imran [3] : 190-191)