Sumber gambar; makassar.terkini.id |
Pembahasan poligami tidak akan pernah ada habisnya, seperti bahas politik yang tidak akan pernah selesai. Ada pro dan kontra di sana. Apakah poligami dengan gadis perawan ataupun berpoligami dengan janda. Sebagian wanita ada yang mampu untuk dimadu, namun sebagian besar juga banyak yang belum sanggup untuk dimadu. Sebagian besar gagal membina rumah tangga setelah punya istri dua. Memang poligami itu bukan hal mudah, berlaku adil itu bukan perkara mudah.
Tidak banyak memang yang berhasil menjalankan kehidupan poligami, bukan berarti tidak ada pula lelaki sholeh yang berhasil menjalankan poligami. Bisa kita cek ada sebagian yang berhasil dan mampu membina rumah tangganya meskipun dalam kondisi berpoligami. Tidak perlu kita jabarkan siapa di zaman kini orang yang dimaksud, bisa di cek saja. Bagaimana tips mereka berhasil membangun rumah tangga dengan poligami nampaknya perlu dicontoh bagi para lelaki yang ingin berpoligami.
Memang dimadu bukanlah perkara mudah dan gampang bagi kaum wanita. Tersebab wanita akalnya sedikit dan perasaannya jauh lebih dominan. Sehingga untuk di dua kan itu akan terasa berat bagi mereka. Sangat luar biasa memang para wanita yang enjoy dan biasa saja disaat dimadu, saya kira memang keimanan dan ketaqwaan mereka sangat tinggi dan wawasannya sangat luas. Bagaimanapun saya sangat apresiasi untuk para istri yang sholehah itu.
Tidak jarang kita juga mendengar, sang istri pertama yang mencarikan istri kedua untuk suaminya. Bahkan istri merekalah yang menganjurkan dan menyarankan suaminya menikah lagi. Sungguh lapang sekali dada mereka. Walau tidak banyak wanita yang seperti ini. Sama, saya juga wanita, jika ditanya sanggupkah dipoligami? Maka jawaban saya, saya belum sanggup. Namun perkara poligami ini sangat baik untuk selalu kita angkat, agar kita mengubah persepsi kita tentang poligami, baik dari pihak lelaki ataupun perempuan.
Sebagai seorang muslim dan muslimah kita yakin dan percaya bahwa syariat yang telah Allah tetapkan pasti mengandung hikmah, pelajaran dan keberkahan di sana. Terlepas apakah individual siap atau tidak berpoligami. Sanggup atau tidak dimadu. Yang pasti tentang syariat agama yang telah memperbolehkan lelaki menikah lebih dari satu maka wajib bagi kita untuk beriman akan syariat yang telah Allah turunkan. Perkara sanggup dimadu atau tidak itu perkara lain, ibarat ada yang suka makan jengkol dan ada yang kurang suka makan jengkol.
Disaat kita sebagai muslimah sangat kontra atau dengan kata lain menentang poligami itu artinya sama saja kita menentang syariat yang Allah berikan. Kita sama sama tahu Rasulullah itu berpoligami karena apa, disaat kapan dan dengan siapa. Bahkan Nabi kita tidak menduakan Siti Khadijah semasa hidupnya, dan bahkan dari para istri Nabi SAW itu hanya Aisyah ra saja yang perawan, selebihnya para janda. Disini kita bisa mengambil ibrah dan pelajaran.
Allah menciptakan lelaki dan perempuan dengan sangat sempurna. Bahkan struktur tubuh, hormon, pikiran dan segala macam yang ada pada laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda. Sudah pada tahu perempuan Allah ciptakan dari tulang rusuk. Dari segi hormon pun perempuan dan laki-laki berbeda, sehingga perempuan mengalami cuti ibadah sedangkan lelaki tidak ada masa cuti ibadah. Perempuan memiliki ovarium sedangkan lelaki memiliki testis. Dua hal yang sangat berbeda serta fungsi.
Allah bolehkan lelaki menikah lebih dari satu jika mampu bersikap adil, namun jika dirasa tak mampu bersikap adil maka menikahlah dengan satu wanita saja. Ada kata adil di sana. Adil dalam bersikap, adil dalam memberikan nafkah lahir dan bathin, walaupun dengan perasaan kecenderungan kepada siapa bukanlah termasuk dalam hal ini. Allah berikan syariat sedemikian rupa, karena Allah yang menciptakan seseorang yang bernama lelaki. Mereka punya berbagai hal kompleks yang terkadang tidak akan bisa dimengerti oleh perempuan sebagai partner hidupnya.
Yap, kita jelaskan saja sedikit rinci. Bisa kan kita lihat di lapangan dan bagaimana kondisi moral manusia saat ini. Betapa banyak kasus perzinahan, perselingkuhan, dan prostitusi atau diam diam memiliki WIL, wanita idaman lain. Jika ditelisik lebih dalam maka juga akan banyak rahasia yang tersimpan pada lelaki. Maka sebagai pasangan yang telah menikah perlu sangat intim menjalin komunikasi dengan pasangan. Apapun hal itu. Sebagai muslimah kita mesti tau diam dan bicaranya suami itu memang dalam kondisi jujur. Diamnya suami tanda ia kenapa, bicara nya suami tanda ia bagaimana.
Saya rasa kita tidak perlu lagi menjelaskan bagaimana laki-laki dalam memandang wanita, makanya Allah suruh lelaki menundukkan pandangan dan wanita Allah minta untuk mengulurkan hijabnya. Jelas di sini ada hal yang harus sama-sama di jaga. Karena ketika keimanan seseorang goyah atau karena terlena dengan sesuatu ia bisa terjebak dalam rayuan setan. Ingatkan bagaimana kisah nabi Yusuf dalam menghadapi Siti Zulaikha. Karena pertolongan Allah nabi Yusuf as terlepas dari fitnah yang ada di depan matanya.
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Q.S Yusuf [12] : 24)
Kembali kepada ayat poligami tadi, Jika tak mampu bersikap adil maka cukup satu saja, demikian kira-kira. Laki laki yang memang berniat menikah lebih dari satu, maka ia harus mengukur kemampuannya, mampu dari segi ekonomi dan juga fisik serta mampu dari segi ilmu agama dan akhlak. Tak hanya mampu finansialnya saja. Karena ketika seseorang telah sah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan maka, ada hak dan kewajiban di sana, ada nafkah lahir dan batin di sana yang wajib hukumnya untuk ditunaikan.
Ketika menikah dengan laki-laki saja Rasulullah menyarankan, bagi perempuan untuk menerima lelaki yang baik agama dan akhlaknya. Tak hanya luas ilmu agama tapi juga baik akhlaknya. Selagi lagi saya garis bawahi, yang juga baik akhlaknya. Lelaki yang baik akhlaknya akan memperlakukan istri nya dengan baik, menjauhi melukai perasaan istrinya. Pun jika suatu saat mereka berpoligami memang karena sesuatu hal yang telah dibicarakan dan didiskusikan jauh hari. Entah itu karena memang ingin menyelamatkan marwah muslimah yang masih single ataupun janda yang ditinggal suami mereka.
Sehingga poligami itu bukan hanya sebatas untuk membantu finansial jika dia janda. Tapi ada marwah wanita muslimah yang harus dijaga. Karena perempuan baik di saat dia masih single ataupun ketika dia telah sendiri - janda- maka akan banyak sekali fitnah yang dapat menghampiri mereka. Maka di sini saya garis bawahi, sungguh mulia para wanita yang memang sangat rela dimadu bahkan dia yang meminta suaminya menikah lagi. Tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. Saya sendiri pun bukanlah orang yang akan bisa di posisi tersebut.
Pun demikian lelaki yang benar benar sholeh disaat dia memutuskan untuk berpoligami maka dia telah melewati masa yang panjang untuk merenungkan hal demikian, mengapa dia harus menikahi perawan -yang mungkin telah berumur- atau single parent -yang ditinggal suami-nya. Mereka lelaki yang benar benar sholeh tak akan dengan mudah untuk mengatakan ingin atau hanya sekedar ingin berpoligami. Jangan hanya sekedar ingin, tapi harus ada sebab dan tujuan. Sehingga bukan hanya sebatas nafsu saja ketika menikah lebih dari satu.
Jika kita melihat menikahi janda hanya karena ingin membantu finansial mereka, maka dengan memberikan beasiswa kepada anaknya atau menanggung biaya pendidikan anaknya atau memberikan dia modal untuk buka usaha dan segala jenis macamnya, itu hal yang cukup. Tapi kan tidak, menikahi mereka artinya ada marwah dan harga diri yang dilindungi. Karena kita tau fitnah bagi kaum perempuan itu besar baik di saat dia masih sigle belum menikah sama sekali ataupun single parent. Tidak bisa kita pungkiri hal ini. Fitnah bagi kaum wanita itu banyak dan berat. Jadi berpoligami itu tak hanya melulu soal ada yang lebih cantik dari istri pertama. Eiiits kita kembali ke awal ya, poligami itu berat namun bisa bagi mereka yang mampu bersikap adil.