Antipati Juga Bukan Solusi

Admin
0


Sumber gambar; qureta.com

Ada masanya kita mengalami masa-masa tenang dan ingin istirahat dari segala hiruk pikuk yang ada. Saya pribadi bukan ingin istirahat dari hiruk pikuk permasalahan tapi lebih ingin istirahat dan kembali menyusun target yang ingin dicapai. Istirahat dari berbagai tawaran bisnis yang datang setiap hari. Capek juga kadang. Belum lagi SMS undian yang selalu datang. Sebenarnya tidak ingin menyebutkan, namun dengan cara menulislah bisa mengobati apa yang dirasa. Menulis itu sebagai obat untuk segala hal yang dirasa dan dipikirkan. 


Ingin tenang dengan segala hiruk pikuk perihal dunia dan segala permasalahan yang ada di dalamnya. Masalah politik, masalah negara, masalah organisasi, masalah eksternal lainnya. Ya terkadang memang ketika kita tidak ada masalah pribadi dan masalah internal maka permasalahan permasalahan eksternal yang menjadi pikiran. Memang benar kita tidak hidup di dalam hutan yang tidak ada persoalan akan dunia. Saya bicara tentang masalah dan polemik dunia. 


Pernah dengar kata-kata, awak e dewe mumet mikirin negoro. Mau tidak mau sebagai warga negara kita memang harus melek dengan setiap permasalahan yang ada. Karena memang semua itu akan berimpas kepada kehidupan mendatang, baik untuk diri pribadi kita, masyarakat dan keturunan selanjutnya. Terlalu banyak sebenarnya permasalahan yang ada. Dan kita pun tak ada yang bisa banyak perbuat untuk mengubahnya dalam satu malam. Butuh proses dan butuh waktu dan saat nya itu tidak ada yang tau. 


Jika kita cuek dan tak ambil pusing, mungkin salah juga. Namun setidaknya harus meleklah dengan segala info dan permasalahan yang ada. Walaupun tidak terjun langsung untuk menyelesaikan. Setidaknya kita punya sikap dan pandangan terkait sebuah permasalahan. Mumet memang karena pada kenyataannya kita pun harus menjalani hal lain. Dan menghadapi persoalan tersendiri. Kadang memang ada timbul rasa kewajaran seakan tak mau ambil pusing. Ya kembali ke diri ke diri masing-masing. Orientasinya kemana. 


Belum lagi permasalahan aliran ajaran dan berbagai ideologi yang mungkin menyesatkan dan membawa ke jurang neraka dan perubahan yang tidak baik. Aliran-aliran ajaran sesat yang menghancurkan dan terkikisnya keimanan kita kepada Sang Pencipta dan jalan yang dibawa Sang Nabi utusan-Nya. Belum lagi ideologi-ideologi pemahaman yang hadir belakangan ini. Terlalu banyak memang, kadang sebagai orangtua kita pun khawatir akan hal ini kepada anak-anak kita. Kepada masyarakat kita, kepada sesama umat muslim kepada semua yang menginginkan kebenaran dan jalan yang lurus. 


Perlulah kita sebut saja sedikit dan segelintir saja, tak perlu semuanya. Ya kita sebut saja, Syiah, Ahmadiyah, Lia Eden, Liberalisme, LGBT, dll. Perlu kehati-hatian dan kewaspadaan yang besar sebagai individu untuk hadapi hal ini. Tantangan generasi globalisasi memang berat. Terlalu banyak aliran dan ideologi yang dapat merubah apa yang benar menjadi salah, dan apa yang salah dicari pembenaran. Padahal jelas hitam putih itu jelas. Bagaimana kita merujuknya? Tentu dengan pemahaman yang benar. Pemahaman yang sesuai dengan ajaran Nabi-Nya. 


Jika aliran dan ajaran yang tidak benar yang di dapat sejak kecil tanpa kita tahu sebagai orangtua ternyata itu merupakan lembaga yang sesat tentu pemikiran sang anak sudah mulai rusak sedari kecil. Tak cuma tentang aliran atau sekolah yang berkedok islam. Bahkan android pun bisa menghancurkan generasi kita. Zaman globalisasi rintangan dan penyakitnya memang banyak. Mudahnya akses internet juga menjadi momok yang menakutkan. Harus pandai-pandai sebagai pribadi dalam menggunakannya dan mendidik generasi. Terlalu banyak memang, lewat HP pun pasutri bisa berpisah. 


Lewat HP pun doktrin kaum pelangi pun bertebaran di media sosial. Apa tidak risih dan khawatir kita sebagai orangtua yang memiliki anak. Tanggung jawab kita sebagai orangtua sangat besar. Menjaga anak dan generasi masa depan jauh dari hal-hal yang tidak benar dan menyimpang. Tidak mudah memang membentuk karakter yang baik, benar dan bijak. Dan hal itu juga tidak bisa dicapai hanya dari kedua orangtua. Lingkungan sekolah tentu juga sangat mempengaruhi. Teman sejawat dan bahkan ketika sudah menjadi mahasiswa pun pola pikir yang benar bisa melenceng karena salah dalam memilih organisasi dan bahkan berbagai jenis aliran pemikiran. Apa tidak besar tantangan sebagai orangtua. 


Perlu kita sebagai orangtua memiliki pemahaman yang baik dan benar. Untuk mengarahkan dan membimbing generasi. Namun juga banyak kasus, bukan orangtua yang tak cakap, tapi pergaulan juga mempengaruhi. Ya seperti contoh ketika anak sudah beranjak mulai dewasa menempuh dunia kampus, tak jarang di sini terdapat banyak sekali aliran pemikiran. Perlu kita sebagai orangtua tetap mengontrol anak agar mereka tidak jatuh kepada pemahaman dunia Barat yang terlalu banyak kebebasan hingga kebablasan. 


Kita sebut saja satu contoh, aliran pemikiran yang ingin memisahkan agama dari segala aspek. Bagi mereka agama cukup urusan ritual ibadah dan urusan pribadi. Masak iya, agama bisa dipisahkan dengan kehidupan. Kehidupan itu butuh agama. Menjalani kehidupan rumah tangga butuh ilmu agama. Mendidik anak butuh agama. Berdagang butuh nilai-nilai dan ajaran agama. Menjadi penguasa dan pemimpin butuh pegangan agama agar menjadi pemimpin yang amanah bertanggung jawab, memiliki tujuan besar mengubah bangsa ke arah yang lebih baik. Mengurus negara butuh ilmu agama. Bermuamalah dengan masyarakat pun butuh ilmu agama. Bertetangga pun ada aturannya dalam agama. Apalah lagi masalah pribadi agama sangat mengaturnya. Jadi sangat aneh jika agama dipisahkan dengan kehidupan kita. Hancur semuanya jika agama kita pisahkan dengan kehidupan. 


Jika berpikiran agama hanya urusan ibadah dan dengan Tuhan saja. Hei, setiap aktivitas mukmin itu menjadi ibadah bro. Jangan dipikir, ibadah hanya ritual sholat, puasa, tilawah, zakat dan naik haji saja. Kamu tersenyum dan menampakkan wajah ceria disaat bertemu dengan saudara seimanmu saja itu dinilai sedekah. Jika agama tidak dipisahkan dengan tatanan kehidupan maka kehidupan ini akan damai aman dan tentram. Tidak akan kita dengar yang namanya pemerkosaan dan pelecehan seksual dan berbagai penyakit sejenis. Benar manusia memiliki nafsu, tapi kan Allah memberikan kita akal. Tapi tak jarang juga yang melakukan pelecehan adalah guru dan juga kiai. Bapak ke anak, guru ke murid dll semacamnya. Nampaknya perlu dikebiri saja para pelaku itu, agar punya efek jera dan contoh bagi calon tersangka. 


Ya begitulah sekelumit permasalahan yang ada. Terlalu banyak masalah bangsa, negara dan dunia. Sedangkan kita sendiri pun memiliki persoalan yang harus diselesaikan. Menjadi antipati tentu juga sikap yang tidak benar. Jika orang baik tidak peduli maka orang yang tidak baik akan mengendalikan semuanya. Sehingga tatanan yang seharusnya sesuai alur dan jalan yang benar menjadi bengkok dan salah sesuai kehendak nafsu si pemegang kendali. Jadi bagaimana mau tak ambil pusing atau ambil andil untuk memperbaiki sesuatu yang salah? Caranya tentu banyak. Banyak hal yang dapat dilakukan. Untuk melakukan perbaikan dan perubahan itu. 


Well segitu saja dulu, catatan kali ini. Jika diuraikan akan terlalu banyak. Tentu dijabarkan dengan topik masing-masing akan lebih seru, rinci dan pemahaman yang lebih luas. Lain kali mungkin ya. Tidak ditulisan yang sama ini. Kita sudahi saja dulu catatan kali ini.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)