Trauma itu mampu masuk jauh ke dalam hati. Susah untuk dilupakan jika disaat yang bersamaan harus ada dalam kondisi yang hampir sama. Meskipun hal tersebut belum tentu terjadi.
Itulah namanya trauma. Tidak bisa dikompromi karena mungkin sudah keseringan dalam kondisi tersebut. Menghilangkan rasa trauma gampang sebenarnya. Menganggap bukan siapa-siapa dan bukan sesuatu yang spesial.
Namanya trauma tentu karena sudah masuk ke dalam daftar sesuatu yang dianggap berarti namun akhirnya banyak menimbulkan luka dan kecewa. Kecewa bukan karena mengharapkan sesuatu.
Namun kecewa karena sudah hilang subtansinya. Yang menjadi tujuan sudah entah kemana, subtansinya hilang. Jika sesuatu sudah hilang subtansinya maka hal itu hanya menjadi kebisingan di tengah jalan yang penuh sesak.
Rasa trauma langsung masuk ke dalam hati. Apalagi jika hal yang sama terulang kembali, dan tak ada sepertinya sebuah perubahan. Ya sudahlah menganggap seperti kepulan asap yang akan terbang mengikuti arah angin. mungkin itu adalah jalannya.
Mengatasi trauma memang dengan cara melepaskan. Melepaskan apapun itu. Jangan biarkan sesuatu membuat diri menjadi tidak produktif. Melepaskan dan mengikhlaskan, yakin bahwa, Allah tidak mungkin mendatangkan ujian yang sama jika tak ada makna yang akan diambil di sana.
Setiap rasa sakit yang dirasa oleh hamba-Nya akan menjadi penghapus dosa bagi hamba-Nya yang terus belajar ikhlas. Mengikhlaskan segala sesuatu.
Tak mengapa jika kita disakiti, yang penting bukan kita yang menyakiti.