Tetesan Embun

Admin
0
Berkali-kali dinding itu di tinju oleh kepalan tangannya, ia tidak peduli lagi rasa sakit yang di rasakannya. Memar sudah kepalan tangan anton, ia sakit hati. Rasa cemburu yang tumbuh di hatinya sangat membara, di saat ia melihat gadis yang sudah di lamarnya berjalan dengan seorang laki-laki dan foto-foto mereka berdua bertebaran di sosmed. Anton tidak bisa menguasai perasaan yang berkecamuk di hatinya, ingin rasanya dia marah dengan indah, namun tidak akan ada gunanya, jika ia marah akan memperburuk suasana yang baru saja di bangunnya. Indah resmi menjadi wanita yang akan di nikahinya. Hantaran sudah datang kerumah indah. Anton mencoba menyalurkan kemarahannya dengan menghantam dinding sekuat-kuatnya dan menjadikan halaman belakang rumahnya tempat bermain bola kaki, berkali-kali dentuman bola hasil tendangan anton. Mengusik ketenangan di rumah itu. "Anton, kamu main bola kok sendiri sih? Kenapa tidak di lapangan dengan tim yang lain" tiba-tiba winda kakak anton mengusik kecamuknya hati anton. "Gak kak, pengen main sendiri aja". Sambil nyengir. "Jangan sampai hancur ya tanaman dan kandang kucing itu" winda menunjukkan yang di maksudnya. 

Anton tinggal bersama kakaknya di kota ini, ia bekerja di salah satu kantor yang lumayan bergengsi. Siapa laki-laki itu? Kenapa indah tidak menjaga perasaanku yang akan sakit melihat itu semua? Anton menggerutu sendiri sambil menendang bola yang ada di tangannya. Seharusnya indah menjaga perasaanku, gerutu anton dalam hati. Apa ia tidak menghargai perasaanku padanya?? Anton tak habis-habis menggerutu, menjawab semua kecamuk hati yang ia rasakan. 


Ponsel anton berdering, ia tidak mempedulikan ponselnya. Berkali-kali ponselnya bernyanyi, anton melihat ada panggilan dari Indah. Ia tidak angkat, ponselnya terus berdering, akhirnya ia menjawab panggilan Indah, "assalamualaikum" suara yang teduh mengiang di telinga anton, membuat anton meredam kecamuk jiwanya. "Wassalamua'alaikum, ya ada apa indah?" Anton melunakkan nada suaranya meskipun hatinya sedang tidak tenang. "Gini, tadi ibu pesan sama indah, minta mas anton datang ke rumah, ada yang mau disampaikan ibu" di dalam kamarnya indah bicara sambil sibuk di depan keybordnya. "Ia, insya allah nanti mas datang kerumah habis isya ya" sambil menghela nafas, ingin rasanya dia langsung bertanya dengan indah, "ada yang ingin di tanyakan indah, boleh?" Indah hanya tersenyum saja mendengarkan permintaan anton, "ya silahkan apa itu mas?" Mendengar lembutnya suara indah, tak mampu rasanya anton bertanya, siapa lelaki yang dia lihat itu, ia tidak ingin menyakiti perasaan indah dengan pertanyaannya. "Mmmhhh, nanti sajalah, tidak enak kalau bicara di telfon", anton menyandarkan badannya di halaman belakang", indah menghentikan kesibukannya dengan keybord, ia pun mendengarkan serius, apa yang ingin di tanyakan anton. "Mas yakin, gak jadi nanya?, tanya saja mas, aku akan jawab apa saja, percaya deh, tidak usah sungkan" anton terdiam lama. "Mas, kok diam?" Sepertinya berat sekali ya yang ingin ditanyakan?", "tidak berat sebenarnya indah, cuma mas, ada yang sedang tidak enak dirasa saja". Indah khawatir dengan perkataan anton, indah mencoba membaca suasana hati anton, kalau mas percaya sama aku, ceritakan saja, nanti akan aku coba jawab" mendengar penuturan indah membuat anton berani menyampaikan masalah yang buat hatinya sedari tadi berkecamuk tak karuan, "sebenarnya cuma hal kecil mungkin bagi sebagian orang, tapi aku tidak tenang jika belum tau apa sebenarnya yang ada" indah semakin berfikir keras, apa gerangan yang ingin di tanyakan oleh calon suaminya, 3 hari lagi mereka akan akad nikah. "Ia mas, sampaikan saja, aku akan lebih tenang jika mas terbuka dan tidak ragu menyampaikannya" anton semakin percaya menyampaikan apa yang di rasakannya saat ini, "tadi pagi aku lihat kamu sedang berjalan dengan seorang laki-laki, dia siapa ya?, perasaan indah bercampur aduk mendengar pertanyaan anton, rasanya dia ingin tertawa lepas, tapi ditahannya, ada rasa senang disaat anton bertanya begitu, ia merasakan kecemburuan anton, "mas anton, mas tidak usah khawatir, laki-laki yang sama aku tadi itu bang burhan mas, dia baru datang dari malaysia, maaf aku lupa kasih kabar kalau aku punya abang yang masih lajang, maafkan aku ya mas, tadi kami hanya belanja sedikit" mendengar penjelasan indah, anton malu sekali rasanya dengan indah, dia malu karena pasti indah sedang menertawai kecemburuannya yang tidak jelas. Anton tak mampu lagi mau bicara apa, dia diam saja. Ada rasa getaran embun yang menetes di kalbunya. Mereka hening saja beberapa detik, tanpa suara. Indah tidak ingin membuat anton merasa malu padanya, "mas, nanti aku sampaikan ya ke ibu, kamu habis isya datang kerumah, sebenarnya ibu minta mas datang, untuk mengenalkan mas sama bang burhan. Dan berkenalan lebih dekat dengan beliau, karena bang burhan tidak bisa berlama-lama disini, sehari setelah akad, dia akan kembali ke malaysia. "Ia baiklah nanti mas kesana, sampaikan salam buat ibu dan bapak serta bang burhan, assalamualaikum"

Ada rasa tenang yang anton rasakan, tapi juga bercampur malu di hatinya, ia malu ketahuan cemburu oleh indah. Ia takut dan khawatir kecemburuannya tidak di sukai indah. Karena anton masih ragu, apakah indah benar-benar menyukainya sepenuh hati.
Ah, biar saja, indah tau itu, anton mencoba menghibur hatinya. Toh itu tanda aku memang menghormatinya. Indah di kamarnya hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat pertanyaan dan susahnya anton untuk menyakan hal itu. Ia sangat menyukai cara anton menunjukkan rasa itu. Indah istigfar, ia tidak mau setan bermain dalam pikirannya. Biarkan cinta itu tumbuh nanti saja, indah membatin. Baginya anton adalah yang terbaik, dan ia yakin anton sosok laki-laki yang sangat menghormati wanita, itulah alasan indah menerima pinangan anton.





Menulis adalah caraku melepaskan satu titik pikiran dan hati yang menjadi satu- Helmi Yani.
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)