Antara Perasaan dan Logika

Admin
0


Aku tak mengerti dengan semua praduga yang hadir dalam diriku. Tingkat kepedulian yang terlalu tinggi kadang menyiksa bathinku sendiri. Termenung dan melamun, apa sebenarnya yang ada. Lama-lama aku akan selalu merasa, aku bukan siapa-siapa. Pergi menjauh mungkin itu saja. Entahlah.

Entah bagaimana rasa sakit yang sedang dialaminya pun aku tidak tau, sebagai seorang yang sangat menyayanginya, ingin rasanya aku pergi untuk menjaganya hingga sembuh, namun lagi-lagi pertanyaan itu hadir, 'aku siapa baginya?' Bagaimana nanti tanggapan keluarga besarnya jika aku di sana, aku takut terjadi fitnah.

Nindya selalu saja berfikir untuk ke tempat Nayla, sahabatnya, yang sedang sakit, sakit, bukan sakit biasa, namun sakit yang sangat mengkhawatirkan. Lagi-lagi pikirannya kacau dibuatnya. Bagi Nindya tak masalah jika memang dia kesana, menjenguk dan menjaga Nayla.

Namun Nindya kembali berfikir, Nayla, memiliki seorang kakak laki-laki, apa nanti yang akan difikirkan keluarga besar Nayla tentang dirinya. Mereka sama-sama memegang budaya dan nilai-nilai agama yang tinggi. Jarak tempuh ke tempat sahabatnya itu bukanlah dekat, harus menginap dan tidak mungkin hanya sekedar menjenguk.

Bagi Nindya persahabatan adalah segala-galanya, namun jika begini kondisinya, dia tak bisa banyak berkutik, lagipun Nindya belum terlalu kenal dengan ibu Nayla, karena memang mereka tak pernah bertemu, persahabatan mereka hanya lewat dunia maya. Nindya tak bisa berbuat banyak dan tak bisa berbuat apa-apa.

Jika kehadiran Nindya hanya akan menjadi fitnah nantinya, karena memang Nayla tinggal di daerah yang sangat kental juga dalam memegang adat, bukan perkotaan kali. Dan tidak mungkin juga, Nindya akan tinggal di rumah sahabatnya itu dalam waktu lama -sampai Nayla sembuh- karena Nayla hanya memiliki seorang saudara dan itu laki-laki yang seumuran dengan Nindya.

Berbeda jika saudara Nayla itu perempuan, tentu tidak akan ada halangan, sama seperti saat sahabat Nindya yang lain melangsungkan pernikahan, maka Nindya hampir lama tinggal disana, sampai pernikahan selesai. Karena sahabat Nindya yang menikah itu memiliki adik kandung perempuan yang beda hanya satu tahun.

Nindya dan Nayla memang jarak umurnya sangat jauh, lumayanlah, Nayla seumuran dengan adik kandung Nindya yang bungsu. Namun, karena mereka sudah dekat jadi seperti seumuran. Karena memang Nindya lebih mudah akrab dengan adik -dibawah umurnya-. Jadi seakan mereka tidak jauh berbeda umur, padahal jarak umurnya tujuh tahun.

Dasar Nindya memang suka dekat sama semua orang. Jadilah mereka akrab seperti sahabat. Sakit Nayla bukan sakit biasa. Itulah sebab Nindya ingin menjaga Nayla. Namun adat dan tatakrama menjadi penghalang bagi Nindya untuk mendatangi kediaman Nayla. Terlalu beresiko terjadinya fitnah, saudara Nayla hanya seorang dan itu laki-laki dan juga seumuran dengan Nindya.

Maka Nindya harus belajar untuk tidak berharap menjaga Nayla, meskipun Nindya tau, ibunya Nayla pasti capek sekali jika harus berjaga siang dan malam. Ia ingin membantu namun ia tak kuasa. Hanya itu yang membuat Nindya tak sanggup untuk membesarkan harapan untuk bisa menjaga Nayla. Uang bisa di cari jika ada kemauan, namun kemauan Nindya terhambat karena realita yang ada.


***

Sudah tiga hari lebih Nayla terbaring tidak ngapa-ngapain, kesadarannya menurun dan dia tidak bisa makan apa-apa. Kepalanya sangat terasa berat karena sakit. Sudah berhari-hari juga ibunya tidak bisa tidur, menjaga dan berharap kalau-kalau putri semata wayangnya bangun dan sadarkan diri.

Siang malam ibundanya berdoa berharap dan meminta kesembuhan Nayla. Berharap dia baik-baik saja dengan segala kondisi kesehatan yang ada. Aziz, abangnya Nayla juga tidak bisa terlelap menjaga saudaranya. Mereka sekeluarga selalu siaga menanti kesadaran Nayla.

Tengah malam dini hari, tepat pukul tiga pagi, Nayla terbangun dari tidur panjangnya. Berdoa, duduk lantas ke kamar mandi mengambil air wudhu. Dia sholat tahajjud.

Terlihat khusyuk dan lama sekali dalam sujud-sujudnya, dan entah apa yang dikadukannya pada sang tuhan.


19:27

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)