Rehat Menulis, Membunuh Pikiran!

Admin
0

gambar; ellyjourneyid.wordpress.com
Semua orang mengalami, tak kecuali siapapun. Penulis besar hingga pemula juga mengalami hal yang sama. Mandeg dalam menulis, alias tak menulis dalam sehari mungkin bahkan bulanan. Lama tidak menulis akan mematikan cara berfikir yang sistemis. Rehat menulis akan menumpulkan kefokusan dan kelancaran dalam menulis. Seperti mengaji, jika tak diulang kaji bisa hilang ataupun terbata-bata mengaji. Demikian pula dengan menulis. Kita akan kesusahan untuk memulai kembali dalam menulis sebuah tulisan, bahkan untuk sekedar memulai awal paragraf pun akan kesulitan.

Pola pikir kita akan lari dan tidak sistematis. Pola pikir kita tidak teratur, lari sana lari sini, itulah akibat dari rehat menulis. Semuanya seperti buram. Maka sangatlah benar apa yang diajarkan oleh Almarhum Pak Hernowo. Menulis lah dengan free writing. Walaupun salah terlebih dalam persoalan ketik mengetik. Ataupun walau hanya sekedar curhatan harian ke dalam blog. Supaya ide dan pola berfikir sistematis tidak lenyap dalam menulis. Banyak yang mengalami mati suri dalam menulis. Tak terkecuali saya pun demikian. Sibuk menjadi alasan tidak menulis. Padahal tak lama menulis sebuah artikel. Paling lama 10 menit jika sudah ada yang akan dituangkan dalam tulisan.

Dampak lama tidak menulis akan membuat kita kesulitan dalam merangkai kata yang pas, dan sambung menyambung antara paragraf satu dan seterusnya. Hal demikian akan membuat sulit diri sendiri kedepannya, jika persoalan ini tidak segera dibenahi. Kembali menulis adalah jawaban untuk menghentikan 'terbata- bata' nya menulis. Ibarat lain kembali mengaji supaya mudah lidah melantunkan Al-Qur'an. Sama juga dengan halnya, lama tak membaca akan membuat malas membaca. Jawaban dari itu semua adalah kembali memulainya agar semua alasan tidak lagi menghambat untuk terus menulis.

Menulis adalah cara kita membahagian diri sendiri- setidaknya-. Karena memang pada dasarnya, disaat selesai menulis meskipun hanya satu artikel, maka akan ada rasa kebahagiaan hadir dalam dada. Kebahagiaan yang tiada tara, hanya 'yang menulis' yang bisa merasakan betapa tak terkira nya rasa bahagia itu. 'yang tidak menulis' tak akan mengerti. Setidaknya itu alasan untuk tidak berhenti menulis sampai kapanpun. Dengan menulis akan hilang pula resah ataupun perasaan negatif yang ada. Maka sangatlah wajar menulis juga dapat membuat seseorang 'awet muda'.

Ya benar, hanya rasa malas dan tidak konsisten lah membuat diri kita tidak menulis ataupun meninggalkan kegiatan menulis. 'Sibuk' hanya alasan, tidak meluangkan waktu sejenak itulah permasalahannya. Seperti yang saya katakan tadi, tidaklah lama waktu untuk menulis jika memang telah berniat hendak menulis, apapun itu sebenarnya pekerjaan yang dilakukan, tidaklah lama, hanya sebentar, tapi kita hanya tidak meluangkan waktu.

Tidak konsisten sehingga hari demi hari tidak juga menulis hingga berbulan-bulan, mungkin ada juga yang sampai bertahun. Alhasil, penyakit sulit menulis akan susah untuk diobati. Penyakit susah merangkai kalimat akan menjadi sebuah benteng yang tidak bisa dirobohkan. Akan membuat kita membutuhkan waktu yang lama lagi untuk tertatih-tatih belajar kembali. Selagi belum terlambat, mulailah kembali, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)