Berfikir Bebas Bukan Berarti Menjadi Liar!

Admin
0
sumber; kompasiana.com


Manusia diberikan akal oleh Sang Pencipta agar manusia berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan manusia dibedakan dengan makhluk lain karena akal pikirannya, jika akalnya tidak difungsikan dengan sebaik-baiknya, maka jelas hakikatnya lebih rendah dari binatang. 


Manusia juga memiliki fitrahnya, yang mana cenderung untuk menerima kebenaran. 

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs al-Rum [30]:30)


Dalam al-Maraghi, disebutkan “Fitrah” merupakan kecenderungan untuk menerima kebenaran. Sebab kebenaran fitri manusia cenderung dan berusaha mencari serta menerima kebenaran walaupun hanya bersemayam dalam hati kecilnya. 


Pola berfikir sebagai manusia yang tau nilai nilai kebajikan sudah semestinya tidak bertentangan dengan akal dan fitrah manusia itu sendiri. Sebagai contoh, manusia waras dan sadar tau bahwa kejahatan, kekerasan, pelecehan, pencurian, pemerkosaan, perselingkuhan, pengkhianatan, ketidakadilan, kedholiman, pembohongan dan segala jenis model penyimpangan sikap lainnya sudah semestinya akalnya menolak hal demikian.

 

Menurut James Vender Zender, Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang. Menurut Paul B. Horton Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. 


Namun tak heran sering juga didengar hal-hal penyimpangan ada yang memperjuangkannya. Ada yang membenarkan sikap dan tindakan tersebut. Bisa dilihat berapa banyak kasus-kasus kejahatan yang terjadi. Setiap hari kita mendengar berbagai model jenis kejahatan. Terkadang bertanya-tanya kemana minimal hati nurani manusia-manusia itu. Apakah hanya karena memperturutkan hawa nafsu sehingga norma dan tata krama dilanggar.

 

Setidaknya ada rasa malu sedikit yang tersisa. Contoh, mencuri. Apakah ini benar mencuri karena terdesak tidak ada yang mau dimakan? Karena ada juga kasus demikian, atau mencuri karena sudah menjadi kebiasaan dan kesenangan? Atau karena tidak ingin jalan susah inginnya jalan instan dan cepat mendapatkan apa yang diinginkan? Lantas kemana akal sebagai manusia sehat dan normal pikirannya. Kemana nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan. 


Apakah tidak ada nilai nilai budi pekerti dalam diri pribadi sehingga memiliki sikap dan pikiran yang bejat? Hilangkah sudah nilai-nilai tata krama? Tidak usah dulu kita libatkan nilai-nilai agama dan akhlak segala macam. Cukup nilai budi pekerti dan tata krama saja dulu. Di senter dari tata krama dan budi pekerti saja sudah tersorot tindakan kejahatan adalah sikap yang salah dan tidak benar di dalam masyarakat. Semua orang akan setuju hal demikian. 


Apalagi jika kita sandarkan dalam nilai-nilai agama dan akhlak. Banyak yang bisa diungkapkan penjelasannya. Dari rasa malu saja. Hilangkah rasa malu pada diri sendiri ataupun kepada Sang Pencipta jika melakukan hal yang salah dalam kehidupan? Apalagi sampaikan merugikan orang lain. Merugikan diri sendiri saja tidak dibolehkan, dzolim dengan diri sendiri dan kebutuhan diri sendiri saja bisa jadi dzolim. Apalagi menzholimi dan merugikan orang lain. 


Banyak lagi yang bisa diangkat contoh-contoh lainnya. Terkadang saya berfikir itulah memang gunanya agama menjadi pedoman dalam hidup. Agama menjadi standar kita dalam berbuat, bertindak dan bahkan berfikir. Dalam berfikir pun kita harus jujur, jujur dalam artian tetap berlandaskan ajaran-ajaran yang benar dan sesuai dengan nilai-nilai beragama. Karena memang agama tidak bisa kita pisahkan dalam kehidupan. Dalam berfikir, apalagi dalam bersikap dan bertindak. 


Jika kita paksakan otak kita membenarkan sesuatu yang sebenarnya sudah bertentangan dengan nilai-nilai tata krama dan budi pekerti. Maka akan dengan sendirinya terdengar nyeleneh, tidak masuk akal, mengada-ada dan terkesan dipaksakan. 


Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)