sumber gambar : cantik.tempo.co |
Halo bun, kali ini saya mau sharing sedikit mengenai problem solving terkait bagaimana semestinya pasutri dalam keseharian. Ya meski tidak dipungkiri saya dengan pak su pun bukanlah orang sempurna yang selalu akur dan tidak memiliki miss komunikasi. Jelas yang namanya pasutri pasti melewati gejolak dalam berumah tangga. Hal itu tidak bisa dipungkuri oleh siapapun.
Kembali kepada diri kita masing-masing bagaimana menanggapi hal tersebut. Tidak masalah kita marah sejenak dan dalam menunjukkan sikap marah setiap orang tentu berbeda. Ada yang ngomel, ada yang diam saja dengan pasangan dan ada juga yang sibuk mengerjakan sesuatu disaat marah. Beda orang beda pula caranya dalam meluahkan kemarahan.
Mesti bunda ketahui, pasutri itu adalah dua insan yang diikat dengan tali yang sangat kuat. Namun ia juga bisa renggang dan putus jika tidak dijaga dengan baik. Cara menjaganya sudah diajarkan oleh agama kita. Banyak sekali buku yang membahas bagaimana membina rumah tangga sakinah, bagaimana menjalin hubungan yang harmonis dengan pasangan. Seabrek buku tentang problem pasutri pun ada, bahkan buku mengenai malam zafaf pun ada.
Di awal pernikahan semuanya adalah indah. Tentu, namanya juga pengantin baru. Namun tidak menutup kemungkinan untuk selalu menjadikan hari-hari seperti pegantin baru, meskipun sudah lama menikah. Jangan sampai satu tahun pernikahan berjalan sudah merasa bosan dengan pasangan. Sebab rasa bosan tentu ada faktornya. Tentu banyak, semisal sering beda pendapat, atau masalah lainnya.
Apalagi bagi mereka yang baru kenal langsung menikah, atau belum pernah bertemu kemudian yakin langsung untuk menikah. Atau bagi mereka yang saling kenal bukan untuk pacaran tapi langsung niat untuk menikah. Tentu akan berbeda. Masa awal pernikahan adalah masa untuk mereka saling kenal lebih dalam. Mengenal karakter masing-masing lebih dekat. Perselisihan persoalan sepele itu biasa.
Yang tidak boleh terjadi adalah, jangan karena persoalan-persoalan kecil menjadikan pasutri saling menjauh hati. Jangan. Jangan pernah hal itu terjadi. Islam mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan persoalan. Tidak baik pasutri tidur dalam saling menyimpan rasa kesal. Itu tidak baik. Tidak baik pasutri tidur saling membelakangi. Selesaikan persoalan dengan pembicaraan. Jangan dengan cara diam.
Hubungan yang hangat diantara pasutri tentu tidak terjalin secara instan. Butuh waktu, butuh proses, butuh sedikit perselisihan, butuh banyak bicara, butuh saling komunikasi. Jika kedua pasutri sama-sama dingin. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana kelamnya rasa di dalam hati. Apa asiknya pasutri saling banyak diam? Apa asiknya jika pasutri hanya sibuk dengan urusan masing-masing?
Hehe, jujur saya pribadi tak akan kuat dengan kondisi seperti itu. Di saat wajah suami agak berbeda saja dari biasanya, saya akan bertanya dalam diri, ada apa ya, apa saya ada salahnya? Kenapa ya? Diam sejenak. Namun tidak akan lama bisa diam, saya akan bertanya dan bicara, sampai hati ini plong. Sampai saya kembali nyaman untuk berbaring di dadanya. Begitulah. Maka saya tidak bisa membayangkan jika pasutri sibuk dengan urusan masing-masing saja jika sudah bertemu.
Setidaknya, luangkan waktu dalam sehari untuk quality time bersama pasangan. Minimal saling berpelukan jika tidak bisa beraktivitas lebih dari itu. Jangan lupa untuk selalu cium tangan suami ketika hendak saling berangkat kerja begitu juga suami untuk selalu jangan lupa cium kening istri nya. Karena rasa hormat seorang istri ada di punggung tangan suaminya dan ketenangan seorang suami ada di kening istrinya.
Setiap pasutri tentu berbeda problemnya. Beda pasutri beda problem beda juga solusinya. Mesti ditilik awal mula sebab kenapa ketidaknyamanan terjadi. Kenapa sikap pasangan berubah, kenapa istri tidak nyaman dekat suami, atau suami mengapa dingin kepada sang istri. Sebagai perempuan maka tidak baik jika suami diam, lantas kita ikut diam juga. Jangan. Jangan ikuti keras hati seorang lelaki. Jangan terlalu diikuti rasa ego dalam diri.
Tidak perlu kita bicara harga diri di depan suami. Memang nyatanya di depan suami kita disuruh melepaskan rasa malu. Artinya meninggikan ego di depan suami tidak ada gunanya. Selagi suami bersikap baik maka jangan terlalu ego. Namun jika suami sudah kasar atau bermain tangan maka perlu bagi kita perempuan untuk membela diri. Lelaki yang paling mulia adalah yang memuliakan wanitanya (istri).
Tiap pasutri tentu mengerti karakter masing-masing pasangan. Saling bicara saja jika ada yang kurang berkenan dalam hati. Namun jangan sampai saling menuding. Seperti yang saya katakan, tidak ada manusia yang sempurna. Bisa jadi kekurangan pasangan ada di situ. Maka bimbing pasangan untuk menjadi lebih baik lagi. Bukan berarti kita harus memaksa pasangan menjadi orang yang seperti kita inginkan.
Jika ada kekurangan karakter maka itu wajar dan pasti. Manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihannya. Tidak ada manusia yang sempurna. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka jangan fokus pada kekurangan pasangan. Tapi terimalah pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jangan lihat kekurangannya. Jangan terlalu membesarkan kesalahan yang dibuatnya.
Bukankah seseorang yang mencintai akan melihat orang yang dicintai dengan mata cinta? Di saat ia memiliki kesalahan maka diingatkan. Bukan dibenci. Saling mengingatkan ketika ada salah, saling mengingatkan ketika ada khilaf. Namun jika kesalahan tidak terlalu fatal maka tidak ada salahnya untuk sedikit diabaikan. Menjaga rasa cinta itu bukanlah hal sulit dan tidak juga terlalu mudah. Ketika ada sedikit kesalahpahaman maka selesaikanlah di saat itu juga, agar tidak berlarut-larut.
Hati perempuan itu seperti kaca, jika terlalu keras saat membersihkannya ia akan pecah, jika terlalu lembut debunya tidak akan hilang.